Remaja Krisis Akhlak, Sistem Islam Solusi Mutlak

Ilustrasi: Siswa di Serpong, Tangsel, yang membentak seorang guru.
DUNIA PENDIDIKAN kembali tercoreng atas ulah pelajar yang tak beradab. Ya, beberapa waktu lalu viral di media sosial TikTok video seorang murid SMK di Serpong, Tangerang Selatan, yang membentak gurunya gara-gara ditegur akibat terlambat datang. Tak hanya membentak, siswa tersebut juga mengeluarkan kata-kata kasar kepada sang guru. (Suara.com, 08-02-2023)
Sungguh memprihatinkan apa yang dilakukan siswa tersebut. Benar-benar tidak mencerminkan adab seorang terpelajar. Padahal semestinya adab menghiasi pribadi para pencari ilmu. Bagaimana mungkin mereka yang berstatus pelajar berlaku kurang ajar?
Perilaku demikian tentu menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan hari ini. Betapa sistem pendidikan sekuler hari ini tidak mampu mencetak generasi berkepribadian luhur dan beradab.
Kita perlu mengakui, bahwa di sistem pendidikan hari ini, porsi pendidikan agama sangat minimalis, kalau pun ada, sebatas teori-teori tanpa mampu mengubah pemikiran. Apalagi dengan adanya proyek moderasi beragama, ajaran agama kian dikerdilkan sebatas agama ritual belaka, bukan ideologi.
Maka, tak heran atas nama moderasi beragama, ajaran Islam yang diajarkan tak lagi utuh, melainkan hanya cabang-cabangnya saja. Hal tersebut seiring dengan masifnya narasi radikalisme yang disandingkan pada ajaran Islam kaffah.
Oleh karena itu, demi menangkal radikalisme, pendidikan agama tak boleh terlalu utuh mengajarkan Islam, karena akan menciptakan bibit ekstremis. Demikianlah adanya, hingga akhirnya yang tercipta adalah generasi minim pemahaman agama, krisis akhlak, dan jauh dari syariat.
Maka, amatlah wajar jika muncul perilaku amoral para remaja di bawah didikan sistem pendidikan hari ini. Sungguh memprihatinkan. Lantas, kepada siapa lagi kita berharap estafet kepemimpinan di masa depan jika remaja hari ini tak lagi mampu menunjukkan kualitas terbaiknya?
Pemuda Tonggak Perubahan
Pemuda memiliki peran penting sebagai agent of change. Karena di dalam diri pemuda tersimpan banyak potensi luar biasa. Maka, semestinya sistem pendidikan yang ada mampu memfasilitasi agar potensi tersebut bertumbuh dengan optimal ke arah kebaikan.
Namun, tentu saja berharap pada sistem yang mengadopsi sekularisme seperti hari ini bak menegakkan benang basah. Mustahil.