Refleksi Kebangsaan 80 Tahun Indonesia Merdeka

 Refleksi Kebangsaan 80 Tahun Indonesia Merdeka

Sejumlah seniman dan budayawan mengikuti upacara HUT ke-80 RI di Danau Rawa Pening, Tuntang, Kab. Semarang, Jateng, Ahad (17/08/2025). [ANTARA]

Eduard Douwes Dekker atau Multatuli dalam “Max Havelaar” melukiskan betapa masif keburukan akibat penjajahan di bumi Indonesia. Sistem tanam paksa serta korupsi para pejabat pribumi dan Belanda menyebabkan kemiskinan, kelaparan, dan penderitaan rakyat tak berkesudahan. Lebih mengenaskan, bangsa pribumi dicitrakan serba negatif, sementara sang penjajah seolah gagah perkasa.

Di tengah ganasnya perlakuan penjajah, tidak sedikit di sejumlah daerah ada oknum raja-raja dan pejabat-pejabat pribumi oportunis yang memihak kolonial demi meraih keuntungan sesaat di tengah derita rakyatnya sendiri. Politik devide at impera menjadi senjata kolonial paling ampuh dalam memecah-belah rakyat Indonesia, yang menyebabkan Indonesia lemah dan cita-cita kemerdekaan makin jauh dari harapan.

Refleksi Diri

Indonesia merdeka sungguh melalui proses perjuangan panjang sarat pengorbanan dari seluruh elite dan rakyat Nusantara tercinta. Berbagai kerajaan dan golongan rakyat di masa lampau hadir melakukan perlawanan besar-besaran terhadap penjajah. Pada awal abad ke-20 perjuangan kemerdekaan memasuki fase baru dengan sistem organisasi modern.

Di era baru itu lahir gerakan kebangkitan nasional ditandai berdirinya Sarikat Dagang Islam, Boedi Oetomo, Sarikat Islam, Muhammadiyah, Taman Siswa, Al Irsyad, Aisyiyah, Perkumpulan Wanita Katolik-Kristen, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama, dan organisasi-organisasi lainnya untuk satu cita-cita bersama Indonesia merdeka. Sumpah Pemuda dan Kongres Wanita tahun 1928 memperkuat tonggak bersejarah untuk Indonesia merdeka yang sarat makna itu.

Karenanya kini siapapun dan dari golongan manapun yang diberi mandat rakyat untuk menyelenggarakan Pemerintahan Republik Indonesia hendaknya menyadari betul pahit-getir dan matarantai sejarah perjuangan rakyat Indonesia yang telah melahirkan Indonesia merdeka tahun 1945 yang bersejarah itu.

Para elite yang berada di pemerintahan di jajaran eksekutif, legislatif, yudikatif, TNI, Polri, dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya maupun mereka yang berada di partai politik dan organisasi-organisasi kebangsaan mesti bergerak bersama. Semua mesti mengikuti teladan para pejuang dan pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimana melanjutkan jejak emas para pahlwan bangsa yang berkorban tanpa berharap balas jasa demi Indonesia merdeka.

Seluruh elite dan anak bangsa di manapun berada, marilah berkhidmat sepenuh jiwa-raga untuk membangun Indonesia merdeka menuju negeri yang betul-betul merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sebagaimana amanat para pendiri negara.

Mari wujudkan Indonesia yang “Bersatu berdaulat, rakyat sejahtera, dan Indonesia maju” sebagaimana tema hari ulang tahun kemerdekaan ke-80 tahun ini. “Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya”, demikian penggalan bait lagu Indonesia Raya yang selalu kita nyanyikan bersama. Sehingga Indonesia merdeka betul-betul nyata dan membawa Indonesia jaya.

Khusus bagi para petinggi negeri di seluruh struktur pemerintahan, jadikan Indonesia merdeka sebagai mandat untuk mengabdi sepenuh hati dalam menjalankan perintah Konstitusi. Lindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan sepenuh tanggungjawab untuk memberi dan bukan meminta. Majukan kesejahteraan umum terutama bagi rakyat kecil yang sering nasibnya tersisih. Cerdaskan kehidupan bangsa agar Indonesia maju di kancah global. Ikut aktif melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial sehingga Indonesia disegani dunia.

Jadikan perintah konstitusi itu sebagai patokan utama dalam menjalankan roda pemerintahan dari urusan besar hingga kecil. Bawa raykat Indonesia ke kehidupan yang lebih baik. Tegakkan hukum menuju tercapainya keadilan substansial agar benar-benar dirasakan oleh rasa keadilan masyarakat luas sebagaimana pandangan Ketua Mahkamah Agung Prof Dr Sunarto, bukan sekadar hukum verbal dan administratif, yang sering membuka peluang diskriminatif dan politisasi hukum. Jangan bebani bangsa ini dengan pajak ala kapitalisme dan kebijakan yang memberatkan rakyat, yang tidak sejalan dengan jiwa Pancasila dan cita-cita luhur pendiri Indonesia.

Tegakkan kedaulatan Indonesia dengan dasar konstitusi dan spirit perjuangan rakyat yang berdarah-darah dalam melawan penjajah. Jagalah marwah negara dan bangsa dari segala bentuk transasksi di ranah domestik maupun pihak asing yang merugikan bangsa sendiri. “Jadikanlah bangsa Indonesia ini kuat, agar tidak diinjak-injak bangsa lain,” demikian pesan Pak Prabowo Subianto dalam buku biografinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two × 1 =