Ramadhan Syahrul Jihad

 Ramadhan Syahrul Jihad

Ilustrasi: Peta Tabuk

SAAT itu kondisinya sangat sulit. Cuaca sangat panas, karena musim kemarau tengah melanda. Di sisi lain, kebun kurma juga sedang menghadapi panen. Secara akal sehat, umat Islam lebih menyukai berada di kebun-kebun dan keteduhan pepohonannya atau tinggal di rumah saja. Tidak ada yang suka bila harus berangkat ke medan jihad. Tetapi, dalam kondisi seperti inilah Rasulullah Saw mengeluarkan perintah agar umat Islam bersiap-siap untuk menyerang Romawi.

Tak biasa Rasulullah Saw menjelaskan tujuan peperangan, kecuali Perang Tabuk ini. Beliau biasanya merahasiakan tujuannya. Khusus Perang Tabuk, Rasulullah menyampaikan secara gamblang rencana itu kepada kaum muslimin, agar mereka bisa melakukan persiapan secara matang. Beliau juga mendorong mereka agar mengeluarkan sedekah dan menginfakkan kelebihan hartanya untuk jihad fi sabilillah.

Berlomba Infak Fi Sabilillah

Seusai mendengar seruan Rasulullah, kaum muslimin lantas berlomba-lomba untuk mempersiapkan segala perlengkapan jihad. Berbagai kabilah dan suku dari berbagai tempat berdatangan ke kota Madinah. Tak seorangpun kaum Muslimin yang rela bila dia sampai ketinggalan dalam peperangan ini, kecuali orang-orang munafik yang dalam hatinya ada penyakit. Mereka malah memprovokasi kaum muslimin agar tidak berangkat. Bahkan tersiar kabar bahwa di rumah Suwailim, seorang Yahudi di Jasum, orang-orang munafik berkumpul untuk menggalang kekuatan, memprovokasi umat Islam. Lantas Rasulullah mengutus Thalhah bin Ubaidilah bersama sejumlah sahabat untuk membakar rumah Suwailim.

Sementara kaum muslimin, meskipun mereka miskin dan tak mempunyai apa-apa, mereka tetap mendatangi Rasulullah Saw, meminta bekal dan kendaraan kepada Beliau agar bisa mengikuti perang dan mengalahkan pasukan Rumawi.

Allah mengabadikan sikap kaum muslimin dalam menghadapi Perang Tabuk ini dalam Surat At Taubah ayat 92: “Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.” lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.”

Di samping berlomba dalam persiapan, kaum muslimin juga berlomba dalam menafkahkan harta dan mengeluarkan sedekah. Saudagar kaya, Utsman Bin Affan, menginfakkan seluruh kafilah dagangnya yang sebelumnya telah ia persiapkan menuju Syam. Jumlahnya sebanyak dua ratus onta lengkap dengan barang yang diangkutnya dan dua ratus uqiyah. Belum cukup, Utsman masih menyerahkan hartanya berupa seratus ekor onta dengan barang-barang yang diangkutnya, masih ditambah lagi dengan seribu dinar yang diletakkan di bilik Rasulullah Saw. Beliaupun mendokan Utsman, “Ya Allah ridhailah Utsman, karena aku pun ridha kepadanya”.

Utsman terus menambah infaknya hingga totalnya mencapai sembilan ratus ekor onta, ditambah seratus ekor kuda. Belum termasuk uang cash.

Selain Utsman, saudagar muslim lainnya, Abdurahman bin Auf menyerahkan dua ratus uqiyah perak. Abu Bakar Ash Shidiq menyerahkan seluruh hartanya dan tidak menyisakan bagi keluarganya kecuali Allah dan Rasul-Nya, harta senilai empat puluh ribu dirham. Beliau adalah orang pertama yang menemui Rasulullah untuk berinfak. Umar bin Khaththab menyerahkan separoh hartanya. Demikian pula dengan Al Abbas, Thalhah, Sa’ad bin Ubadah, Muhammad bin Maslamah, Ashim bin Adi dan sahabat lainnya. Mereka menyerahkan harta yang dimilikinya, baik banyak maupun sedikit. Bahkan ada diantara kaum muslimin yang hanya mampu menyerahkan satu atau dua mud kurma, karena memang hanya itulah yang mereka punya. Kaum wanita juga berbondong-bondong menyerahkan perhiasannya. Hampir tak seorang pun yang menahan apapun yang dimilikinya dan tidak merasa sayang terhadap hartanya kecuali orang-orang munafik. Allah SWT berfirman:

“(Orang-orang munafik itu) Yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya. Maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.” (QS. At Taubah [09]: 79)

Demikianlan sikap dan tekad umat Islam dalam menghadapi Perang Tabuk di tengah segala kesulitan. Perang itu akhirnya dimenangkan kaum Muslimin, tanpa mengalami tekanan sedikitpun. Hasilnya, kedudukan umat Islam di Jazirah Arab semakin kuat. Nyali musuh-musuh Islam makin menciut.

Ala kulli hal, Perang Tabuk ini dipimpin Rasulullah Saw pada bulan Ramadhan tahun kesembilan hijriyah. Saat ini, jika umat Islam ingin meraih kemenangan, mengokohkan kedudukan mereka diantara umat-umat lainnya, maka mereka harus mencontoh Rasulullah dan para sahabat.

Ramadhan adalah momentum untuk menggalakkan infak dan jihad fi sabilillah. Dengan itu insyaallah umat Islam akan meraih kemenangan kembali.[]

Shodiq Ramadhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

19 − 5 =