Program Bimas Islam Lampaui Target, Menag: Ini Wujud Akuntabilitas Publik
Menteri Agama Nasaruddin Umar
Jakarta, Mediaislam.id–Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengapresiasi capaian kinerja Ditjen Bimas Islam yang berhasil melampaui target pada sejumlah program prioritas sepanjang 2025. Menurutnya, capaian tersebut mencerminkan penguatan tata kelola sekaligus menunjukkan bahwa kehadiran negara semakin terasa oleh umat.
“Capaian yang melampaui target adalah kabar gembira bagi masyarakat. Ini menandakan pelayanan keagamaan terus bergerak ke arah yang lebih baik,” ujar Menag dalam Public Expose dan Annual Report Bimas Islam 2025, Senin (8/12/2025).
Menag menilai, keberhasilan ini memiliki arti strategis bagi Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Dengan komposisi 87 persen penduduk beragama Islam, Indonesia menjadi poros penting dinamika keislaman di Asia Tenggara. “Dari sekitar 270 juta Muslim di kawasan ini, lebih dari setengahnya tinggal di Indonesia. Kontribusi kita sangat signifikan, termasuk dalam penyelenggaraan layanan ibadah haji,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, Menag mengangkat tema “Beragama, Berdaya, dan Berdampak”. Menurutnya, agama adalah sahabat batin manusia yang memberi keteguhan, ketentraman, dan kemampuan mengelola berbagai persoalan kehidupan. “Agama menenangkan jiwa, memperkecil masalah besar, dan memberi ruang bagi kebahagiaan yang lebih utuh,” ujarnya.
Ia mengingatkan, agama juga dapat menjadi tantangan apabila tidak dipahami secara bijak. Dalam perspektifnya, agama ibarat pisau bermata dua: memberi kebaikan ketika digunakannya tepat, namun dapat menimbulkan masalah bila dimaknai secara keliru. “Jika agama tidak ditempatkan secara proporsional, ia dapat berubah menjadi energi disintegratif. Sejarah memberikan pelajaran tentang hal itu,” tegas Menag.
Menag menekankan pentingnya menjadikan agama sebagai faktor sentripetal—kekuatan yang menyatukan keberagaman menuju titik persatuan bangsa. Ia menolak penggunaan agama sebagai faktor sentrifugal yang memecah belah masyarakat. “Agama seharusnya menjadi energi pemersatu, penguat loyalitas kebangsaan, bukan sebaliknya,” katanya.
Menurut Menag, indeks kerukunan nasional pada 2025 mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah pencatatannya. Ia menilai capaian ini tidak lepas dari program-program Ditjen Bimas Islam dalam memperkuat moderasi beragama, kewaspadaan kerukunan, dan ruang perjumpaan antarkelompok. “Tanpa kerukunan, sebesar apa pun pembangunan tidak mungkin dirasakan rakyat,” ujarnya.
Karena itu, Menag berharap fungsi bimbingan Bimas Islam terus ditingkatkan agar umat semakin bersahabat dengan agamanya. “Semakin bersahabat seseorang dengan agamanya, semakin besar kontribusi yang ia berikan bagi keluarga, masyarakat, negara, dan alam semesta,” ujarnya.
Di bagian lain, Menag mengajak seluruh jajaran untuk menjaga kepercayaan publik melalui tata kelola yang transparan, inovatif, dan adaptif. Menurutnya, pelayanan keagamaan harus terus berpijak pada kebutuhan masyarakat dan tantangan masa kini. “Kinerja yang baik adalah salah satu bentuk pengabdian,” tegasnya.
Public Expose Bimas Islam 2025 juga menampilkan Bimas Islam Rewind 2025, yaitu rangkuman capaian program di enam bidang utama yang sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Asta Protas Menteri Agama. Capaian tersebut meliputi kerukunan dan cinta kemanusiaan, layanan keagamaan berdampak, pemberdayaan ekonomi umat, pemberdayaan rumah ibadah, ekoteologi, serta digitalisasi tata kelola.
Menag mengatakan, capaian tahun ini harus menjadi fondasi untuk memperkuat arah strategis Bimas Islam pada 2026. “Ini bukan akhir, melainkan pijakan untuk pelayanan umat yang semakin berdampak menuju Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
Capaian Kinerja Bimas Islam 2025
Sementara itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad, memaparkan capaian strategis Bimas Islam sepanjang 2025. Ia menyebut, seluruh program dirancang untuk menerjemahkan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Asta Protas Menteri Agama menuju visi Indonesia Emas 2045. “Kami memfokuskan kerja pada enam bidang utama yang langsung dirasakan masyarakat,” ujarnya.
Pada bidang kerukunan dan cinta kemanusiaan, Bimas Islam menyelesaikan penyempurnaan dan uji publik Tafsir Al-Qur’an Juz 1–3, serta menyediakan 383 naskah khutbah melalui aplikasi AlKisah (Alipski) yang telah diakses lebih dari 2,3 juta pengunjung. Sekolah Aktor Resolusi Konflik menjangkau 315 peserta di 34 provinsi, sementara 100 dai kerukunan direkrut di Poso dan Luwu Timur. Sebanyak 1.000 penceramah mengikuti bimbingan teknis, dan program Ngaji Budaya melibatkan 3.000 peserta lintas generasi dan lintas agama. Gelaran internasional seperti MTQ Internasional dan Musabaqah Hifzil Quran Disabilitas Netra turut memperkuat citra Indonesia di dunia Islam.
Pada bidang pemberdayaan ekonomi umat, Bimas Islam meresmikan 37 kampung zakat baru, sehingga total 155 kampung zakat berkembang secara nasional dengan estimasi dampak ekonomi mencapai Rp956 miliar. Program pemberdayaan berbasis KUA menjangkau 71 lokasi dengan dukungan total Rp16,1 miliar bagi 3.220 keluarga penerima manfaat. Selain itu, 16 kota wakaf diresmikan, lebih dari 17.000 titik tanah wakaf tersertifikasi dengan potensi ekonomi Rp6,3 triliun, serta beasiswa zakat diberikan kepada 153 mahasiswa di 21 perguruan tinggi.
Pada bidang penguatan tata kelola zakat dan wakaf, Bimas Islam telah mengintegrasikan Satu Data Zakat dalam kerangka data sosial dan ekonomi nasional, serta melakukan penjaminan mutu bagi 250 lembaga filantropi melalui audit syariah dan keuangan. Gerakan Wakaf Uang ASN Kemenag berhasil mengumpulkan Rp6,4 miliar. Peningkatan kapasitas diberikan kepada 270 amil dan 200 nazir dari 62 lembaga. Penguatan sertifikasi halal juga dilakukan melalui penerbitan KMA 714 Tahun 2025 serta program pendampingan di berbagai daerah.
Di bidang layanan keagamaan dan pembinaan keluarga, Bimas Islam mencetak 110 ribu eksemplar mushaf Al-Qur’an, termasuk mushaf isyarat bagi penyandang disabilitas. Sebanyak 1,4 juta pasangan calon pengantin mendapat pembinaan, 10 ribu peserta mengikuti Gas Nikah, dan 64 ribu remaja menerima edukasi tentang ketahanan keluarga. Peningkatan fasilitas diberikan kepada 4.164 KUA, termasuk pembangunan 154 gedung KUA berkonsep green building. Bimas Islam juga mencetak rekor MURI untuk pembuatan Mushaf Al-Qur’an Nusantara dengan 38 iluminasi oleh penulis terbanyak.
Abu juga mengungkapkan penguatan program dakwah dan digitalisasi. Sebanyak 200 dai muda dilatih, 1.000 dai dikirim ke wilayah 3T dan diaspora, serta 60 dai memperoleh pelatihan di Uni Emirat Arab. Sistem digitalisasi tata kelola sinikah telah meraih sertifikat ISO 27001:2022. Pendataan majelis taklim melalui e-Majelis Taklim semakin akurat untuk monitoring nasional, sementara Bimas Islam meraih penghargaan sebagai unit pengelolaan komunikasi inovatif terbaik pada Ajang Humas Awards 2025.
Pada bidang eco-teologi dan penguatan rumah ibadah, Bimas Islam melaksanakan program Wakaf Pohon untuk 1,5 juta calon pengantin dan mengembangkan hutan wakaf seluas 40 hektare di 11 lokasi. Sebanyak 1.507 masjid ditetapkan sebagai pilot masjid ramah lingkungan, dilengkapi dengan penyelenggaraan Konferensi Internasional Eco-Theology. Bantuan pembangunan diberikan kepada 659 masjid dan mushala, pembinaan diikuti 1.350 SDM masjid, serta dukungan operasional diberikan kepada 920 rumah ibadah. Program Masjid Ramah Pemudik juga melibatkan lebih dari 8.700 masjid yang melayani 1,6 juta pemudik.
Abu mengatakan, seluruh capaian tersebut merupakan fondasi kuat bagi pelaksanaan program prioritas Bimas Islam pada 2026. “Kami berkomitmen menghadirkan Bimas Islam yang semakin akuntabel, inklusif, dan berdampak nyata bagi umat, menuju Indonesia Emas 2045,” pungkas Abu.*
Sumber: Bimas Islam
