Perpustakaan dalam Peradaban Islam

Ilustrasi: Baitul Hikmah di Baghdad.
“Aku bersaksi bahwa Anda adalah Maimun An-Naqibah, sedang semua rak-rak buku selalu didapati tangga. Rak-rak ini ini tidak ada tanggannya.” Lalu aku melihat wajahnya tampak berubah pucat. Dia berkata, “Besok buatkan tangga pada tempat ini.” Kemudian aku menyelesaikan kerjaku, dan kuserahkan kumpulan dari seluruh bukunya.’ Juga perpustakaan Al-Qadhi Abu Matraf, yang terhimpun di dalamnya kitab-kitab yang belum pernah dikumpulkan oleh manusia sezamannya di Andalusia.
3. Perpustakaan Umum
Merupakan dasar peradaban yang memelihara peninggalan-peninggalan peradaban manusia dan kegemilangannya. Melampaui berbagai negara dari segala penjuru tempat, jenis, pemerintah, profesi, peradaban. Di antara contoh perpustakaan ini adalah, Perpustakaan Cordova yang didirikan Khalifah Al-Umawi Al-Hakam Al-Muntashir tahun 350 H/961 M di Cordova. Dalam perpustakaan tersebut dipekerjakan pegawai khusus untuk memelihara buku-buku, mengumpulkan naskah-naskah, menentukan atau mengatur beberapa besar buku yang berjilid-jilid.
Mampu memenuhi segala rujukan bagi para ulama dan para penuntut ilmu di Andalusia. Bangsa Eropa juga telah mengutus pelajarnya untuk menimba ilmu dan mendalaminya, berlomba-lomba di atas lautan ilmunya, dimana daftar buku yang disebutkan dalam perpustakaan berjumlah 44 daftar buku.
Pada setiap daftar isi, dua puluh kertas yang tidak ada di dalam daftar tersebut selain menyebutkan buku-bukunya saja. Juga terdapat perpustakaan Bani Imar di Tripoli Syam. Di sana terdapat biro-biro konsultasi yang menjawab tentang dunia Islam, membahas kecermelangan yang terkandung atau tercermin dalam perpustakaan. Di sana terdapat 85 penyalin naskah, yang bekerja siang malam untuk menyalin naskah kitab.
4. Perpustakaan Sekolah
Peradaban Islam sangat memprioritaskan perhatiannya untuk mendirikan sekolah-sekolah supaya semua orang dapat menuntut ilmu. Karena, pada setiap sekolah harus didirikan perpustakaan, sebagai sesuatu yang wajar dan penunjang serta penyempurna kehebatan dan kecemerlangan ini.
Dengan bentuk umum, sekolah-sekolah dalam dunia Islam menyebar dengan luas hampir meliputi segala penjuru negeri, dari Irak, Suriah, Mesir dan sebagainya. Semua sekolah Islam tersebut dilengkapi dengan perpustakaan.
Nuruddin Mahmud membangun sekolah di Damaskus dan mendirikan perpustakaan. Begitu pula apa yang dilakukan Shalahuddin. Sementara Qadhi Al-Fadhil, Menteri Shalahudin membangun sekolah di Kairo yang diberi nama Al-Fadhilah. Ia juga memberikan hadiah kepada sekolah tersebut sebanyak 200.000 jilid buku yang diambil dari koleksi buku di Al-Abidiyina. Yakud Al-Himawi menyebutkan beberapa sekolah di Marwa, yang pada masanya merupakan perpustakaan yang sangat megah, pintu-pintunya terbuka untuk semua kalangan.”