Perkembangan Islam pada Masa Kesultanan Demak
Masjid Agung Demak, salah satu peninggalan Kesultanan Demak,
Sedangkan gentong Kong juga merupakan pemberian ibu dari Raden Fatah yakni Putri Champa, pada masa dinasti Ming abad XIV.
Hal diatas merupakan bukti adanya peran besar Kerajaan Demak dalam pemikiran dan peradaban Islam di Indonesia.
Setelah Sultan Fatah wafat di usianya pada 63 tahun, pada tahun 1518.
Pemerintahan dilanjutkan oleh Adipati Unus atau yang dikenal dengan Pangeran Sabrang Lor. Ia memerintah tidak berlangsung lama sekitar tahun 1518-1521 M dikarenakan wafat di usia yang terbilang masih muda dan tidak meninggalkan putra mahkota sedikitpun.
Sehingga pemerintahan selanjutnya digantikan oleh adik dari Adipati Unus yaitu Sultan Trenggono, dimulai pada tahun 1521-1546 M. Di sinilah awal mula mencapai kejayaan Kerajaan Demak
Sultan Trenggono mengutus pasukan Fatahillah untuk melakukan ekspansi ke wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Daerah yang berhasil dikuasainya yaitu; Sunda Kelapa, Banten, dan Cirebon.
Dalam berjuang sendiri melakukan ekspansi wilayah Jatim Sultan Trenggono mengalami masalah hingga nyawanya yang harus dipertaruhkan, ketika di perjalanan menyerang Pasuruan Sultan Trengono Wafat di medan perang pada tahun 953 H / 1546 M.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono, sebagian menjadi kacau balau timbulah konflik-konflik politik di Keraton Demak. Dimana wilayah kadipaten Demak ingin melepaskan diri dan sudah tidak mengakui keberadaan dan kekuasaan Demak.
Tahta yang seharusnya diagntikan oleh Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, namun terbunuh oleh Sultan Prawoto yang menginginkan tahta diwariskan kepadanya.
Arya Penangsang selaku anak dari Pangeran Sekar Seda Ing Lepen tidak tinggal diam, karena dia merasa yang paling berhak meneruskan warisannya. Akhirnya Sultan Prawoto berhasil dibunuh dengan dibantu oleh pendukung Arya Penangsang. []
Fatnun Fajriyah, mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
