Perkembangan Islam pada Masa Kesultanan Demak
Masjid Agung Demak, salah satu peninggalan Kesultanan Demak,
Kebijakan politik luar negeri Kerajaan Demak dalam bentuk jihad melawan Portugis di Malaka dan Sunda Kelapa.
Walaupun tidak bisa menundukkan Malaka, namun perjuangan itu semua sudah cukup membuktikkan kemakmuran ekonomi dan kebijakan politik yang luar biasa pada masa Kerajaan Demak.
Karena tidak mungkin jika kerajaan yang lemah dan miskin mampu melakukan ekspansi ke luar negri yang membutuhkan biaya besar.
Berikut sejumlah peninggalan Kesultanan Demak:
Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak didirikan pada abad 15 oleh Sultan Fatah dibantu sepenuhnya oleh Walisongo termasuk yang ahli dalam bidang arsitektur yaitu Sunan Kalijaga (Raden Mas Said) beserta Adipati Unus.
Komponen-komponen masjid tempo dulu meliputi lampu-lampu dan peralatan rumah tangga berbahan Kristal dan kacanya dari hadiah, Al-Qur’an dibuat dengan tulisan tangan, prasati kayu memuat angka 1344 tahun, kayu tiang tatal hasil dari tangan Sunan Kalijaga, lampu robyong masjid Demak yang terpakai pada 1923-1936 M.
Masjid Agung Demak dilambangkan sebagai kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak terpisahkan dari kesulatanan Demak Bintara.
Masjid ini awalnya merupakan pusatnya berbagai aktivitas kerajaan Islam Pertama di Jawa, terutama Walisongo dalam bertukar pandangan berkenaan dengan agama. Bangunan ini menjadi basecampnya Wali untuk mengadakan Sekaten.
Masjid Demak berkembang sangat cepat sehingga bertambahlah nilai fungsi pada masjid tersebut dimana pusatnya perdagangan dan lalu lintas dan aktivitas pengislaman juga dilakukan di masjid tersebut seperti penyebaran agama Islam di Jawa, serta pusatnya pemerintahan Kerajaan Demak seperti kegiatan dalam lapangan politik.
