Peradaban Islam dan Barat, Samakah?

 Peradaban Islam dan Barat, Samakah?

Ilustrasi: Masjid Ummayah di Damaskus, salah satu peninggalan fisik peradaban Islam.

MAU PERADABAN maju dan keren, berkiblatlah ke Barat! Opini ini berkembang di tengah-tengah masyarakat sejak lama. Lantaran kekaguman dan kebanggaan pada negara-negara Barat. Tolak ukurnya keberhasilan ekonomi, sains teknologi, tsaqafah, budaya Barat. Termasuk kondisi fisik negera yang bersih, tertib atau disiplin. Benarkah demikian?

Kaum muslim mengalami kemunduran akut sejak meninggalkan ajaran Islam sebagai pegangan. Hal ini mulai terlihat di penghujung nyawa Khilafah Utsmaniyah sekitar akhir abad 19. Saat itu timbangan kemajuan beralih ke Barat, sedangkan Khilafah Ustmani dalam keadaan ‘sakit kritis’. Akibat lemahnya tsaqafah Islam dan ekonomi negara, umat Islam tak mampu menyaring serbuan pemikiran Barat.

Umat Islam pun kebingungan dengan banyaknya pemikiran asing yang masuk ke dalam tubuh muslim. Mana saja produk pemikiran yang boleh dan tidak untuk diambil? Apakah harus ditolak atau justru diambil semuanya?

Akhirnya terjadi perpecahan di tubuh kaum muslim. Ada pihak yang pro Barat dengan mengambil semua produk pemikirannya. Sebaliknya ada yang kontra dengan menutup semua lini produk pemikiran Barat. Bagaimana seharusnya?

Pandangan Hidup sebagai Penilai

Standar nilai berupa pandangan hidup yang memainkan peran penting untuk menjawab pertanyaan di atas. Berdasarkan pandangan hidup, produk pemikiran atau bentuk fisik materi terkategori dua, yaitu hadlarah dan madaniyah.

Hadlarah/peradaban merupakan kumpulan mafahim/pemahaman tentang kehidupan yang dapat dipahami realitasnya dan berpengaruh pada tingkah laku seseorang. Mafahim berbasis pada periwayatan (penelusuran berita/kabar), talaqqiy (pertemuan secara langsung) atau istinbath (penggalian/penarikan kesimpulan dari sumber). Seperti sejarah, bahasa, fiqih, filsafat, tafsir, tsaqafah dan sebagainya.

Mafahim ini terikat nilai pandangan hidup (agama atau ideologi) tertentu. Berkonsekuensi pada ketidakbolehan umat Islam untuk mengadopsi, menggunakan dan menerapkannya dalam kehidupan jika bertentangan dengan aqidah dan ideologi Islam. Karena setiap pikiran dan perbuatan muslim terikat pada hukum syara’ yang asasnya adalah aqidah Islam.

Madaniyah merupakan bentuk-bentuk fisik yang bersifat materi dari segala sesuatu yang dapat diindra dan digunakan dalam aspek kehidupan. Madaniyah yang berbasis pada metode ilmiah (eksperimen), bebas nilai pandangan hidup tertentu. Seperti sains, teknologi, kedokteran, matematika dan sebagainya.

Karena setiap manusia apapun agama atau ideologinya dapat melakukan kembali metode ilmiah tersebut untuk memperoleh madaniyah yang sama. Sehingga umat Islam tentu saja boleh untuk mengadopsi, menggunakan dan menerapkannya madaniyah yang seperti ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 × four =