Penindasan dan Genosida yang Diulang: Palestina dan Cherokee Amerika

Setop dukung genosida di Gaza, Palestina.
Oleh:
Dr. Maimon Herawati | Dosen Unpad dan Ahli Palestina
Gelinding ide Trump tentang Gaza merupakan pengulangan sejarah pembersihan etnis dan genosida bangsa pribumi Amerika. Karakter pendatang awal Eropa dulu di Amerika adalah penjajah dan pembunuh massal. Tindakan yang sama diulang di berbagai wilayah dunia. Saat ini terjadi di Palestina.
Jika kita rujuk peristiwa yang menimpa bangsa asli Amerika di akhir abad ke-18 hingga abad ke-19, Cherokee dan Palestina memiliki banyak kesamaan. Pendatang Spanyol, Inggris, dan Perancis merampas tanah; menindas bangsa asli; memindahkan bangsa asli; dan melegalkan itu semua dalam payung hukum.
Sebelum Columbus menjejakkan kaki di tanah Amerika, bangsa asli benua Amerika diperkirakan antara 10-20 juta jiwa. Beberapa ahli memperkirakan populasi bangsa pribumi Amerika sekitar 60 juta. Bangsa pribumi ini terdiri dari suku-suku. Setia mereka memiliki kebudayaan dan cara hidup yang unik. Mereka juga sudah memiliki pola pemerintahan dan ekonomi sendiri.
Tanah Palestina pada 1930-an saat pengungsi Yahudi Eropa datang juga penuh oleh bangsa pribumi Arab Palestina. Budaya bangsa Palestina tinggi. Palestina menjadi pusat pendidikan dan ekonomi. Teknologi berkembang dengan baik.
Menarik untuk diambil benang merah.
Pendatang Eropa ke Amerika adalah orang yang terusir dari Eropa. Inggris membuang kriminal ke Amerika sebagai bentuk hukuman. Pendatang Yahudi ke Palestina juga adalah kelompok yang diusir oleh penguasa Eropa.
Kedatangan kelompok kriminal ini dilawan bangsa pribumi Amerika. Perlawanan mereka berlangsung sejak lama, misal Perlawanan Pueblo (1680) melawan Spanyol. Perang Powhatan melawan pendatang Inggris (1610).
Walaupun bangsa pribumi melawan, perluasan pencaplokan tanah oleh pendatang Eropa terus berlangsung. Demikian pula Palestina. Sejak penjajahan Inggris, bangsa Palestina telah melawan penjajah dengan senjata. Saya mendengarkan langsung dari Uncle Shawkat kisah heroik paman beliau, tangan kanan Syaikh Izzuddin Al Qassam, dan operasi militer mereka melawan Inggris. Walaupun bangsa Palestina melawan, perluasan pencaplokan tanah Palestina oleh Israel terus berlangsung.
Tekanan pendatang Eropa pada bangsa pribumi Amerika mencapai puncaknya pada abad ke-18. Pendatang Eropa meningkatkan perang guna menghabisi bangsa pribumi. Pendatang Eropa, Andrew Jackson, mengeluarkan UU Pemindahan Indian (1830). UU ini melegalkan pemindahan paksa ratusan ribu Cherokee dan suku lainnya keluar dari rumah dan lahan leluhurnya.
Trail of Tears (1838-1839) adalah perjalanan memilukan pribumi Amerika ke wilayah yang dikhususkan untuk mereka di Oklahoma sekarang. Perjalanan mereka sekitar 1600 km, kira-kira jarak antara Medan dengan Lampung, dilakukan dengan jalan kaki, di musim dingin. Puluhan ribu meninggal dalam perjalanan ini.
Tanah asli milik pribumi dikosongkan dan disiapkan untuk pendatang Eropa karena tanah wilayah timur ini lebih subur. Apa yang sedang diusulkan Trump atas Gaza sama persis dengan apa yang dilakukan leluhur Trump di Amerika. Kosongkan Gaza. Trump meminta negara Arab sekitar menerima penduduk Gaza.
Gaza akan dibangun sehingga cantik kembali. Siapa saja boleh datang dan tinggal di Gaza kecuali warga aslinya. Pemilik Gaza adalah negara Trump. Penduduk Gaza tidak usah kembali karena toh mereka sudah disiapkan lokasi lain untuk hidup tenang.
Sejauh mana rencana ini akan berhasil, tentu tergantung berbagai faktor. Faktor internal, bangsa Palestina bertahan 15 bulan dibombardir kekuatan militer gabungan negara kuat di dunia. Walaupun hanya tinggal di ruangan rumah setengah terbuka karena bom penjajah Israel, bangsa Palestina tidak tertarik meninggalkan tanah mereka. Mereka tahu persis, sekali meninggalkan tanahnya, sangat kecil kemungkinan bisa kembali.
Faktor eksternal, saat ini ada sembilan negara yang membentuk Komite Den Haag. Perwakilan negara Afrika Selatan, Malaysia, Namibia, Kolombia, Bolivia, Chili, Seegal, Honduras, dan Belize menyatakan bersatu dalam komite pembelaan Palestina pada Jumat (31/01).
Komite ini akan aktif menuntut keadilan untuk Palestina di dunia internasional. Komite juga menuntut diakhirinya penjajahan Israel atas Palestina. Tuntutan Komite Den Haag ini sejalan dengan keputusan ICJ tahun lalu.
Gerakan sembilan negara ini bisa dilihat sebagai gerakan Dunia Selatan melawan dominasi Dunia Utara. Saya rasa, sembilan negara ini sadar sekali dengan karakter penjajah Dunia Utara. Saat ini Palestina.
Berikutnya mungkin Greenland. Trump sudah menunjukkan minat untuk mengangkangi tanah Greenland. Bagi Indonesia, wilayah terdekat yang ada dalam ancaman adalah Pulau Natuna di Laut Cina Selatan.
Harus ada upaya kolektif dari Dunia Selatan menahan laju kebrutalan Barat/Dunia Utara yang bengis dan sewenang-wenang jika tidak ingin menjadi korban berikutnya. Upaya terpenting tentu menghilangkan hak veto Dunia Utara di Dewan Keamanan PBB.
Dua ratus tahun lalu, Cherokee, Apache, Choctaw, suku Indian lainnya sendirian melawan kelompok pendatang kriminal Eropa. Saat ini dunia tersambung satu sama lain. Bangsa dunia paham kedzaliman yang dibiarkan bisa menimpa mereka satu ketika. Maka isu genosida dan pembersihan etnis Palestina bukan isu Timu Tengah saja.
Ini isu dunia yang beradab dan adil.