Penghinaan Nabi, Buah Pahit Kebebasan Berekspresi
Kartun penghinaan Nabi Muhammad Saw di majalah LeMan Turkiye.
UMAT Islam di seluruh dunia kembali dikejutkan dengan peristiwa pelecehan terhadap baginda Nabi Muhammad Saw.
Sebuah majalah satire di Turkiye bernama LeMan menerbitkan karikatur yang menghina Nabi, hingga memicu kemarahan umat. Meskipun pemilik media membantah dan aparat telah melakukan penangkapan, umat tetap tidak bisa menerima tindakan tersebut.
Kasus ini menambah deretan panjang penghinaan terhadap Rasulullah yang terus berulang di berbagai belahan dunia. HAM yang digembar-gemborkan dalam demokrasi menjadi pisau bermata dua yang kerap digunakan untuk menikam Islam dan ajarannya.
Hak Asasi Manusia (HAM) dan konsep kebebasan menjadi slogan yang terus didengungkan untuk berpendapat, berperilaku, dan berekspresi.
Kebebasan Beragama: Setiap orang bebas memilih, mengganti, atau bahkan melecehkan agama tanpa batas.
Kebebasan Berpendapat: Siapa pun berhak menyampaikan pendapatnya, termasuk menghina agama, Nabi, atau nilai-nilai suci atas nama ekspresi.
Kebebasan Berperilaku: Setiap orang bebas menentukan gaya hidupnya, meskipun bertentangan dengan ajaran agama dan norma masyarakat.
Ketiga kebebasan ini sering dipuja sebagai pilar utama hak asasi manusia dalam demokrasi. Namun dalam praktiknya, nilai-nilai tersebut justru kerap digunakan untuk melegalkan hal-hal yang merusak, termasuk penghinaan terhadap Nabi Muhammad, penyebaran paham sesat, pornografi, LGBT, bahkan kriminalitas yang dibungkus dengan dalih kebebasan pribadi.
Kebencian terhadap Islam yang mengakar di kalangan musuh-musuh Islam telah membutakan hati mereka. Mereka memanfaatkan berbagai media untuk menyerang kehormatan umat, dan sistem demokrasi yang mereka jalankan menjadi tempat yang subur bagi penghinaan semacam ini.
Dari sini kita memahmi bahwa kebebasan dalam demokrasi tidak mengenal batasan syariat. Kebebasan berbicara yang semestinya digunakan untuk kebaikan, malah digunakan untuk menghina Islam. Kebebasan berperilaku yang seharusnya menjaga moral, justru dijadikan alat untuk menyebarkan gaya hidup bebas yang merusak. Akibatnya, masyarakat hidup dalam kebingungan moral, nilai agama diabaikan, dan kemuliaan umat Islam terus dilecehkan.
Demokrasi menciptakan standar ganda. Ketika rakyat mengkritik pemerintah, bisa saja ditindak tegas. Tapi saat Nabi dihina, malah dilindungi atas nama kebebasan berekspresi.
