Pengaruh Islam terhadap Bangsa Arab
Ilustrasi
Dengan demikian, hubungan antara Islam, dunia Arab dan bahasa Arab merupakan hubungan yang sangat kuat, dan tidak bisa dipisahkan.
Pemisahan potensi Arab dengan Islam pada masa Bani Utsmaniyah telah menyebabkan melemahnya negara Islam. Kemudian disusul dengan kehancurannya. Semua ini disebabkan karena, potensi Arab merupakan unsur yang sangat penting dan mendasar bagi Islam. Orang-orang Arab –dengan bahasa mereka—merupakan komunitas yang paling mampu dalam memahami Islam dengan pemahaman yang benar, yang terpancar dari kesadaran mereka akan kemukjizatan Al-Qur’an.
Rasulullah Saw telah menjelaskan kedudukan mulia yang dimiliki oleh orang Arab; disebabkan oleh karena beliau dipilih (diangkat sebagai rasul, penerj.) dari kalangan mereka. Beliau bersabda:
Sesungguhnya Allah telah memilih orang-orang Quraisy diantara Bani Kinanah, dan memilih Bani Hasyim diantara orang-orang Quraisy, dan telah memilih aku diantara Bani Hasyim. (HR. Tirmidziy dalam kitab al Jaami’, Juz V hal. 583)
Orang-orang Arab adalah orang-orang yang mengemban Islam kepada bangsa lain seperti Irak, Syam dan wilayah-wilayah lainnya. Mereka senantiasa mengerahkan segenap tenaga untuk berjuang di jalan Allah dan rela mengorbankan nyawa mereka. Mereka telah didiskripsikan di dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah… (QS.. Al Ahzaab [33]: 23)
Hingga kini orang-orang Arab secara keseluruhan merupakan orang-orang yang paling memahami pemikiran-pemikiran dan hukum-hukum Islam dibanding umat lainnya. Mereka menjadi kiblat umat Islam. Mereka pulalah yang menjadi tumpuan cita-cita —untuk kembali hidup di dalam Islam—bagi umat Islam.
Pengaruh Islam terhadap Bangsa Arab
Allah SWT telah mengentaskan bangsa Arab dari kegelapan menuju cahaya. Allah SWT juga membebaskan mereka dari penyembahan terhadap patung kepada penyembahan terhadap Allah semata.
Islam telah mengangkat taraf berfikir bangsa Arab, setelah sebelumnya mereka mempercayai pengundian nasib dengan anak panah, peramalan, sebagian cerita bohong (khurafat), dan ucapan-ucapan dukun, yang kemudian mereka komitmen dengan kaidah kausalitas (as-sababiyyah), dan mereka tidak mempercayai sesuatu kecuali setelah meyakini keberadaannya.
