Obat Kerasnya Hati
Ilustrasi
Rasulullah Saw bersabda:
لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي
Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras. (HR Tirmidzi).
Bicara tanpa berdzikir pada Allah maksudnya bicara terkait iman, syari’at Islam, amar ma’ruf nahi munkar tanpa dilandasi keikhlasan dan ilmu. Berarti bicara hal-hal tersebut bukan karena Allah tapi pujian, harta dan jabatan. Bicara keliru tanpa dilandasi ilmu. Tak ikhlas dan keliru tersebut membawa pada dosa. Berlimpah dosa tanpa disadari inilah penyebab hati keras.
Ikhtiar Melembutkan Hati
Allah SWT berfirman:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ. إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS. Asy Syu’ara ayat 88-89).
Kepastian Muslim ingin menghadap Allah dalam keadaan husnul khatimah. Hal tersebut hanya dapat dicapai muslim ber-qalbun saliim (lurus, sehat dan bersih). Dengan cara memberi asupan makanan hati yang halal dan thayyib (baik). Ikhtiar yang dapat dilakukan yaitu:
Pertama. mengingat kematian. Haruslah tumbuh kesadaran bahwa kehidupan dunia akan berakhir dengan kematian. Kehidupan hakiki berawal dari kematian. Pertanggujawaban amal dimulai setelah kematian. Dan tak ada insan yang tahu kapan waktu kematiannya. Maka tak ada jalan lain untuk keselamatan akhirat, selain menahan syahwat kemaksiatan dan bersegera dengan amal shalih dan ketakwaan. Rasulullah Saw bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِى الْمَوْتَ
Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian (HR. Tirmidzi).
Amalan serupa yang dapat mengingat kematian yaitu berziarah kubur dan menjenguk orang sakit. Ziarah kubur akan melembutkan hati, karena menyadari kepastian diri akan masuk ke dalam alam kubur. Mengingatkan diri untuk tak cinta dunia karena akhirnya tetaplah alam kubur kembalinya. Pun sama dengan menjenguk orang sakit, akan tumbuh kesadaran bahwa diri lemah tak berdaya tanpa pertongan dan kasih sayang Allah. Maka ketaatan pada Allah lah sebaik baik jalan kehidupan.
Kedua, menghiasi akal dan hati dengan ilmu. Akal tanpa ilmu akan liar. Hati tanpa ilmu akan gelap. Tak ada jalan lain mendapatkan ilmu selain thalabul ‘ilmi (menuntut ilmu) secara talaqqi dalam majelis ilmu. Pun keinginan kuat pada diri untuk mengamalkan ilmu yang diperoleh. Karena thalabul ‘ilmi dan mengamalkannya adalah kunci melembutkan hati. Dengan duduk di majelis ilmu, akan bertemu dan bergaul dengan teman-teman saleh. Sehingga akan saling menguatkan untuk takwa dan menjauhi maksiat.
Tak cukup itu senantiasa tadabbur dan tafakkur. Tadabbur Al-Qur’an seraya membasahi lisan dengan tilawah. Al-Qur’an dijadikan sebagai huda (petunjuk) dan furqan (pembeda) haq dan batil. Tafakkur dengan mengamati tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah melalui segala ciptaanNya di langit dan bumi. Dengan tadabbur dan tafakkur, hati akan terpaut pada Allah dan menjauhkan diri terjatuh pada kemaksiatan.
