Nasihat Thawus Al-Yamani kepada Khalifah Hisyam bin Abdil Malik

 Nasihat Thawus Al-Yamani kepada Khalifah Hisyam bin Abdil Malik

Ilustrasi: Suasana Masjidil Haram di masa lalu.

KHALIFAH Hisyam bin Abdil Malik pergi haji ke Baitullah. Sesampainya di Baitullah ia minta dipanggilkan seorang sahabat. Karena tidak ada seorang sahabat Nabi pun yang masih hidup, maka ia meminta seorang tabi’in dipanggi menghadapnya.

Maka datanglah seorang tokoh tabiin bernama Thawus Al-Yamani rahimahullah. Thawus melepas alas kakinya di tepi karpet dan tanpa mengucap salam Thawus langsung memanggil namanya tanpa menyebul gelar kekhalifahan, Amirul Mukminin. Thawus juga langsung duduk di dekatnya sebelum diizinkan, ia berkata, “Apa kabar hai Hisyam?”

Perbuatannya itu membuat Hisyam berang dan hampir membunuhnya. Tapi, pengawalnya mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin, engkau berada di Baitullah dan tempat suci Rasulullah Saw, tidak boleh begitu.”

“Apa yang mendorongmu bersikap seperti itu kepadaku?” tanya Hisyam bin Abdil Malik.

“Aku berbuat apa?” kata Thawus pura-pura tidak tahu.

Amirul Mukminin berkata, “Engkau mencopot sandalmu di tepi karpetku, masuk tanpa mengucap salam, tidak menyebut gelarku, dan duduk begitu saja sebelum aku persilakan.”

Thawus menjawab, “Aku telah mencopot sandalku seperti itu di hadapan Allah Rabbul Izzah sehari semalam lima kali tetapi Dia tidak marah kepadaku. Aku tidak mengucapkan salam sambil menyebut gelarmu ‘Amirul Mukminin’ karena tidak semua orang mukmin ridha dengan kepemimpinanmu. Jadi aku tidak ingin berdusta. Aku tidak menyebut gelarmu karena Allah pun menyebut para nabi-Nya dengan namanya langsung seperti, Hai Yahya, hai Dawud.. sedangkan terhadap musuh-Nya, Allah menyebutnya dengan gelarnya seperti pada ayat “Celakalah kedua tangan Abu Lahab.””

Aku duduk begitu saja di hadapanmu karena aku telah mendengar Ali bin Abi Thalib berkata, “Jika engkau ingin melihat laki-laki calon penghuni neraka, lihatlah laki-laki yang duduk sedang para pengawalnya di sekelilingnya berdiri. Mengapa aku tidak mencium tanganmu? Karena Ali bin Abi Thalib pernah berpesan, “Tidak halal bagi seseorang mencium tangan seseorang kecuali tangan istrinya karena hawa nafsu, atau anaknya karena kasih sayang.”

“Berilah aku nasihat,” kata Amirul Mukminin Hisyam.

“Aku telah mendengar Ali bin Abi Thalib karamallah wajhah berkata, “Di neraka jahanam ada ular dan kalajengking seperti binatang bigal yang akan menggigit pemimpin yang tak adil terhadap rakyatnya.” [SR]

Sumber: Syekh Muhammad Khubairi, Kecerdasan Fuqaha dan Kecerdikan Khulafa. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

nine − eight =