Merasa Cukup Bersama Allah dan Dicukupi Allah
Ilustrasi
Ada seorang sahabat dari Asja’ yang menjadi tawanan perang. Kemudian, ayah dari sahabat ini mengadu kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, semua pasukan sudah pulang. Yang sakit juga sudah terlihat luka-lukanya. Ya, Rasulullah, yang syahid pun sudah kami kuburkan dan kami lihat pemakamannya. Namun, dimana anakku dimana ya rasulullah. Rasulullah saw kemudian menyuruhnya bersabar. Buah dari kesabarannya adalah anaknya kemudian pulang dalam kondisi baik-baik saja dan membawa rampasan perang.” (Tafsir Al-Samarqandi jilid 3 halaman 461).
Jadi dari asbabun nuzul ini, apapun situasi yang tengah kita hadapi, yang berada di luar jangkauan kepala kita; jangan sampai membuat kita hilang kesabaran dan berpersangka buruk pada Allah dan rasul-Nya. Jangan pula membuat skenario sendiri. Mengira-ngira apa yang bisa diperbuat, tetapi lupa bahwa sejatinya, pemilik segala keputusan yang akan berlaku di dunia ini hanyalah Allah Ta’ala. Bersabarlah dan ingatkanlah diri untuk senantiasa merasa cukup dengan adanya Allah dan ketetapan-Nya, dan perbanyaklah mengucapkan, “Hasbunallah wani’mal wakil”.
Ingatlah hadits ini untuk memperkuat ketawakalan:
“Andai saja kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki seperti burung-burung; yang pergi di pagi hari dalam keadaan perut yang kosong kemudian kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (Riwayat Tirmidzi).
Mengapa Rasulullah saw mengandaikan dengan burung? Karena burung adalah mahluk Allah yang hatinya lembut. Maka, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menyapa para sahabat dan kaum mu’minin yang hatinya lembut agar senantiasa melihat bagaimana burung-burung menyerahkan urusan mereka kepada Allah Azza wa Jalla.
Ada pun makna tawakal menurut beberapa ulama, terkait dengan hadits ini adalah:
Menurut Al-Munawi, makna hadits ini adalah burung yang pergi pagi dalam keadaan lapar kemudian pulang di sore hari dalam keadaan kenyang adalah untuk memberi tahu kita bahwa yang membuat kita memperoleh rezeki, sejatinya bukanlah ikhtiar yang kita lakukan. Namun, yang menentukan rezeki adalah Sang Maha pemberi rezeki, Allah Robbul Izzati.
Tawakal juga bukan menganggur dan bukan berarti santai. Akan tetapi, tetap harus menjalani usaha untuk sebuah sebab. Burung-burung juga melakukan usaha dengan pergi pagi dan pulang ketika sore. Namun, ketawakalan dari mahluk Allah inilah yang membuatnya memiliki rezeki yang mencukupi kebutuhannya. Meski tanpa akal dan sumber daya seperti yang dimiliki oleh manusia.
Menurut tafsir Jalalain, tawakal adalah barang siapa yang bertawakal kepada Allah dalam semua urusannya, maka Allah akan mencukupinya dengan izin-Nya.
Namun demikian, sekali lagi tawakal bukanlah tanpa usaha. Dan, usaha bukanlah satu-satunya jalan untuk mendapatkan hasil akhir. Karena, kekuasaan Allah dan ketawakalan kepada-Nya yang akan memberikan hasil terbaik untuk kita.
