Merajut Silaturahim

 Merajut Silaturahim

Oleh:

Dr. KH. Zakky Mubarak, M.A.

 

MENJALIN hubungan kasih sayang dengan sesama manusia merupakan ajaran pokok dalam kehidupan seorang Muslim. Kasih sayang itu terwujud dalam hubungan antara orang tua dan anak, antara kerabat, sahabat, maupun sesama anggota masyarakat.

Al-Qur’an mengingatkan agar setiap Muslim hanya menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun. Setelah itu, kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, teman sejawat, tetangga, dan masyarakat secara umum.

Kasih sayang kepada orang tua memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Ia merupakan kewajiban setelah berbakti kepada Allah Swt. Seorang anak hendaknya selalu memperlakukan orang tuanya dengan lembut, berbicara dengan tutur kata yang baik, menghindari ucapan yang menyakiti hati, serta berdialog dengan penuh hormat. Anak juga dianjurkan untuk senantiasa mendoakan kedua orang tuanya agar mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah, sebagaimana mereka dahulu mencintai dan membesarkannya dengan penuh kasih.

Islam menuntun manusia untuk berbakti kepada orang tua, terutama kepada ibu yang telah mengandung dalam keadaan lemah dan bersusah payah, lalu menyusui anaknya selama dua tahun. Karena itu, kita wajib bersyukur kepada Allah dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Sebaliknya, mereka yang durhaka kepada Allah dan kepada orang tuanya termasuk pelaku dosa besar.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku beritahukan kepadamu dosa-dosa yang paling besar? (1) Menyekutukan Allah, (2) durhaka kepada kedua orang tua, (3) berkata dusta, dan (4) bersaksi palsu.”

Sabda ini diulang berkali-kali oleh Nabi sebagai tanda betapa pentingnya pesan tersebut.

Betapa besar nilai berbakti kepada orang tua, hingga ketika seorang pemuda datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ingin ikut berperang di jalan Allah, beliau bertanya, “Apakah engkau masih memiliki kedua orang tua?” Pemuda itu menjawab, “Benar, wahai Rasulullah, aku masih memiliki keduanya dan aku merawat mereka dengan kasih sayang.” Maka Nabi bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu, di sanalah engkau berjihad, yaitu dengan berbakti kepada mereka.”

Dalam kisah lain, seorang pria dari Madinah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah aku masih bisa berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?” Nabi menjawab, “Bisa,” dengan cara:

1. Mendoakan keduanya.

2. Memohonkan ampunan untuk keduanya.

3. Melaksanakan janji atau niat baik mereka yang belum sempat terlaksana.

4. Menjalin silaturahim dengan kerabat dan sahabat orang tua.

Sebagai contoh, jika orang tua pernah berniat membangun mushalla di dekat terminal namun belum sempat mewujudkannya, maka anak yang meneruskan niat itu berarti telah berbakti kepada mereka.

Abdullah bin Umar bin Khattab pernah menghadiahkan surban terbaiknya kepada seorang Badui. Ketika para sahabat bertanya alasan di balik tindakannya, Abdullah menjawab, “Orang itu adalah anak dari sahabat ayahku, Umar bin Khattab.”

Menjalin dan merawat silaturahim bukan hanya menjaga hubungan antarmanusia, tetapi juga membuka pintu kebahagiaan dan keberkahan hidup. Bahkan, silaturahim menjadi salah satu amalan yang dapat mengantarkan seseorang menuju surga dan menjauhkannya dari azab neraka.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang amal yang dapat memasukkan seseorang ke surga dan menjauhkannya dari neraka:

 تَعْبُدُ اللهَ لا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ

“Engkau menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun, menegakkan salat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari, no. 5983; Muslim, no. 13).*

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

sixteen − 16 =