Mensyukuri Bumi Sebagai Tempat Hidup

 Mensyukuri Bumi Sebagai Tempat Hidup

KH Bachtiar Nasir

Oleh:

KH Bachtiar Nasir

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 15:

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ

“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”

Dalam ayat ini, Allah Azza wa Jalla, Sang Pencipta bumi dan semesta, mengingatkan kita tentang nikmat yang selama ini sering kali lalaikan. Yaitu, nikmat dijadikannya Bumi sebagai tempat tinggal. Bukan di planet Mars, Venus, Jupiter, atau di asteroid, atau komet. Bila tempat hidup manusia bukanlah Bumi, mungkin kehidupan manusia tidaklah berlanjut hingga detik ini.

Nikmat tempat hidup di planet Bumi ini seringkali terlupakan karena telah dianggap biasa. Bahkan, para peneliti luar angkasa tengah menjajaki kemungkinan manusia untuk hidup di planet lain. Namun, tidaklah demikian dengan mereka yang sering mentadabburi ayat-ayat Allah Ta’ala. Atau, mereka yang menjadikan Bumi sebagai ayat-ayat Allah yang memandunya untuk berinteraksi dengan semesta dan kehidupan ini. Mereka senantiasa mensyukuri nikmat Allah yang begitu besar dengan menyediakan Bumi beserta segala yang terdapat di dalamnya, sebagai fasilitas terbaik.

Ayat Tentang Bumi

Allah Swt menegaskan bahwa Ia sudah menjadikan bumi mudah bagi manusia. Untuk berjalan di atasnya dan memakan apa yang tumbuh darinya, sebagai rezeki dalam mempertahankan kehidupan. Ada banyak ayat yang terkait dengan Allah sudah menjadikan bumi sebagai tempat yang mudah bagimu, di antaranya:

1. Surat An-Nabaa ayat 6 yaitu Allah berfirman bahwa bumi diciptakan-Nya sebagai hamparan. Dengan demikian, manusia dan seluruh mahluk ciptaan-Nya akan mudah berjalan di atas bumi, mudah untuk mendapatkan makanan, dan mudah menjalankan seluruh aktivitas.

2. Surat Al-Baqarah ayat 22 yaitu Allah lah yang menciptakan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap. Dia juga yang telah menurunkan hujan yang dengannya tumbuhlah pepohonan yang menghasilkan buah sebagai rezeki.

3. Surat Nuh ayat 19-20 bahwa Allah lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan agar kita dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas.

4. Surat An-Naziaat ayat 30-32 yaitu Allah jadikan bumi sebagai hamparan yang darinya terpancar mata air dan tumbuhnya tumbuhan untuk makan dan minum, serta gunung-gunung yang ditanamkan-Nya dengan teguh untuk menciptakan ketenangan bagi kehidupan manusia.

5. Surat An-Naml ayat 61, Allah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam dan dijadikan di celah-celahnya sungai serta gunung untuk mengukuhkan.

6. Surat Al-Mursalat ayat 25-26, Bumi adalah tempat berkumpul bagi manusia yang masih hidup dan manusia yang sudah wafat. Sebagai pelajaran bagi manusia yang masih hidup bahwa mereka kelak akan menjumpai kematian.

Untuk ini semua, katakalah “Alhamdulillah tabarakallah ahsanul khaliqin”. Bersyukurlah kepada Allah. Bayangkan kalau kita bukan ditempatkan di bumi dan Allah tidak mengaruniakan fasilitas yang luar biasa ini.

Bumi Hanyalah Sementara

Allah Ta’ala perintahkan kita untuk berjalan di atas bumi, sebagaimana orang yang hanya berjalan di atas kendaraan tunggangan. Bahwa segala sesuatunya hanyalah fana. Jadikanlah bumi sebagai persinggahan. Jangan menjadikannya obsesi dan cita-cita tertinggi. Jangan jadikan dunia sebagai tempat terakhir, tanpa menyisakan tempat di akhirat. Juga jangan menghabiskan waktu untuk dunia. Ingat, carilah di dunia hanya apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Orang yang di dunia ini hanya memperjuangkan segalanya untuk dunia, bagaikan orang yang meminum air laut. Didapatkan seluas itu, maka seluas itu pula dahaga; tidak akan pernah terpuaskan. Jangan salah menilai dunia dan jangan salah dalam mengartikan “tabiat bumi”.

Sebaliknya, orang-orang yang hidup untuk akhiratnya dan seluruh asetnya digunakan akhiratnya, maka di dunia ia akan selalu hidup cukup dan di akhiratnya selamat juga mulia. Makanlah dan nikmatilah apa yang Allah sudah berikan di dunia ini. Lanjutkan dengan mengingat bahwa kelak kita akan pulang kembali kepada-Nya.

Meski di ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk makan dari apa yang tumbuh dari bumi dan menjelajahi bumi, bukan berarti kita menjadi tidak produktif. Imam Nawawi menganjurkan agar umat Islam selalu bekerja keras dan memakan apa yang diproduksi dengan kedua tangan sendiri dan memanfaatkan semaksimal mungkin apa yang dapat dihasilkan oleh kedua tangan sendiri. Dan, jangan sampai bergantung pada orang lain.

Akhirnya, bersyukurlah kepada Allah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat yang paling baik untuk ditinggali.

Jadikanlah bumi layaknya tunggangan untuk berkendara. Bahwa ia tidak pernah abadi dan kelak kita akan lepas darinya. Hanya kepada Allah lah kita akan kembali.

Ingatlah akhirat adalah tempat tinggal utamamu karena sesungguhnya kita pada akhirnya adalah penduduk akhirat.

Jadilah produktif dan jangan bergantung pada orang lain. Berusalah dengan tangan kita sendiri karena Allah telah meberikan fasilitas dan modal terbaik untuk hidup sebagai hamba.

Yang terpenting, ingatlah bahwa Allah adalah tempat kembali dan tujuan akhir kita. Ujung perjalanan hidup adalah kematian. Kita tidak pernah lolos dari kematian. Maka, persiapkanlah diri untuk bertemu dengan kematian dan berjumpa dengan Allah. Dengan bekal terbaik, yang tak lain adalah amal shaleh yang tidak tercemari oleh syirik.*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

thirteen − 10 =