Mengubah Diri, Mengubah Takdir

 Mengubah Diri, Mengubah Takdir

Ilustrasi

Pendapat Para Mufasir

Tafsir Ibnu Kathir

Dalam Tafsir Ibn Kathir Jilid 4, halaman 483, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki malaikat yang bergantian menjaganya siang dan malam. Mereka menjaga manusia dari berbagai bahaya atas perintah Allah.

Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi seseorang, maka malaikat tersebut tidak akan mampu menolaknya. Beliau juga menegaskan bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka, yaitu dari ketaatan kepada maksiat atau sebaliknya.

Tafsir Fathul Qadir

Dalam Tafsir Fathul Qadir Jilid 5, halaman 813, Imam al-Shawkani menjelaskan bahwa firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”. Menunjukkan bahwa perubahan kondisi suatu kaum, baik dari nikmat menjadi azab maupun sebaliknya, sangat bergantung pada perbuatan mereka sendiri. Jika mereka taat kepada Allah, maka nikmat akan tetap diberikan. Namun, jika mereka berbuat maksiat, maka Allah akan mencabut nikmat tersebut dan menggantinya dengan azab.

Imam al-Shawkani menekankan bahwa perubahan ini bukan hanya bersifat lahiriah, tetapi juga mencakup perubahan dalam hal ketaatan dan maksiat. Artinya, perubahan yang terjadi pada suatu kaum sangat terkait dengan perilaku dan sikap mereka terhadap perintah Allah.

Tafsir Al-Qurtubi

Dalam Tafsir Al-Qurtubi Juz 9, halaman 290, Imam Al-Qurtubi menjelaskan bahwa ayat ini mengandung dua pesan utama: pertama, adanya malaikat yang menjaga manusia atas perintah Allah; kedua, Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali mereka sendiri yang mengubahnya.

Beliau menekankan bahwa perubahan yang dimaksud adalah perubahan dalam hal ketaatan dan maksiat. Jika suatu kaum berbuat maksiat setelah sebelumnya taat, maka Allah akan mengubah nikmat menjadi azab. Sebaliknya, jika mereka kembali taat setelah berbuat maksiat, Allah akan mengubah azab menjadi nikmat.

Tafsir Al-Maraghi

Dalam Tafsir Al-Maraghi Juz 13, halaman 65, Ahmad Mustafa Al-Maraghi menguraikan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa Allah menugaskan malaikat untuk menjaga manusia dari berbagai arah atas perintah-Nya. Namun, penjagaan ini tidak akan menghalangi takdir jika Allah sudah menetapkan keburukan bagi suatu kaum.

Beliau menekankan bahwa perubahan nasib suatu kaum sangat bergantung pada usaha mereka sendiri dalam memperbaiki kondisi batin dan amal perbuatan mereka.

Hikmah yang Dapat Diambil

Perubahan nasib seseorang atau suatu kaum sangat bergantung pada usaha dan perubahan dari dalam diri mereka sendiri. Ayat ini mengajarkan tanggung jawab pribadi, pentingnya introspeksi, keseimbangan antara doa dan usaha, serta menjadi pengingat bahwa nikmat Allah bisa berubah jika manusia mengubah sikap dan perbuatannya.

Kesimpulan

Allah tidak akan mengubah keadaan hidup seseorang atau suatu kelompok jika mereka sendiri tidak mau berubah. Artinya, kalau ingin hidup jadi lebih baik, kita harus mulai dari memperbaiki diri sendiri cara berpikir, sikap, dan perbuatan. Allah memberi kita kesempatan dan kemampuan untuk berubah, tapi hasilnya tergantung dari usaha kita sendiri. Jadi, jangan hanya berharap tanpa berusaha.[]

Selvina Vandu Winata, Mahasiswi Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Universitas PTIQ Jakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

fourteen + 1 =