Menghilangkan Sifat Minder Anak

Ilustrasi: Anak minder.
Umar terkejut dengan ucapan itu, lalu ia mengucapkan syair:
“Belajarlah
Karena seseorang itu tidak dilahirkan dalam keadaan pandai
Dan tidaklah sama orang yang berilmu
dengan orang yang bodoh.
Sesungguhnya pemimpin umat itu
Apabila tidak mempunyai ilmu
Maka ia adalah kecil
bila berada di dalam arena pertemuan-pertemuan.”
Buku-buku kesusasteraan Arab menceritakan, bahwa seorang anak kecil berbicara di hadapan Khalifah Al-Makmun, dan jawaban yang diberikan oleh anak kecil itu sangat baik.
Al-Makmun bertanya kepadanya, “Anak siapa engkau?” Anak kecil itu menjawab, “Aku putra adab (sopan santun) Wahai Amirul Mukminin!”
Kemudian Al-Makmun mengatakan, “Sungguh sebaik-baik keturunan.” Lalu Al-Makmun mengalunkan syairnya:
Jadilah engkau putra yang disukai orang
Peganglah sopan santun
supaya dipuji orang
Dan itu membuatmu tidak butuh keturunan
Sesunggguhnya pemuda itu berkata
“Inilah aku!” Dan tidak berkata, “Itu dia ayahku”
Suatu ketika, Al-Makmun memasuki ruangan kantor. Di sana ia melihat seorang anak kecil, sedang di atas telinganya terdapat sebuah pena.
Al-Makmun bertanya, “Siapa engkau?”
Anak itu menjawab, “Aku adalah anak yang dibesarkan di negaramu, yang bergelimang dalam nikmatmu dan yang diharapkan untuk mengabdi kepadamu. Aku adalah Hasan bin Razak.”
Al-Makmun merasa kagum terhadap jawabannya yang begitu memikat, lalu berkata, “Kebaikan yang terdapat dalam jawaban yang gamblang, menunjukkan bahwa anak itu cerdas dan pandai. Angkatlah anak kecil ini di atas martabatnya.”
Pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdil Malik, musim kemarau melanda dusún-dusun. Kemudian datang seorang Arab menghadap Hisyam, namun mereka takut berbicara.
Di antara mereka ada seorang anak kecil bernama Wirdas bin Habib. Hisyam melihat anak kecil itu, lalu berkata, “Siapa yang ingin menghadapku, kupersilakan masuk, termasuk anak-anak kecil.”
Anak kecil itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, kami telah tertimpa musibah selama tiga tahun; tahun pertama, lemak-lemak mencair, tahun kedua, daging-daging habis dimakan; dan tahun berikutnya, tulang-tulang bersih dari *”sungsumnya”*. Sedangkan engkau mempunyai kelebihan harta. Jika harta-harta itu milik Allah, maka bagikanlah kepada hamba-hamba-Nya. Jika harta itu milik mereka maka atas dasar apa engkau menahannya dari mereka? Dan jika harta itu milikmu, maka sedekahkanlah kepada mereka. Karena sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah, dan tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.”