Mengapa Kita Diuji, dan Kenapa Kita Harus Bersyukur?
Bogor (Mediaislam.id) — Majelis Ta’lim Abu Hanifah menggelar kajian keislaman bertema “Mengapa Kita Harus Bersyukur dan Mengapa Saya Diuji?” pada Ahad lalu (13/12/2025). Kegiatan ini berlangsung di Balai Rakyat Komplek DPRD Kota Bogor dan dihadiri oleh jemaah ibu-ibu serta masyarakat sekitar dalam suasana khidmat dan penuh kehangatan.
Acara diawali dengan pembacaan doa serta zikir. Rangkaian zikir ini menjadi ikhtiar bersama untuk memohon keberkahan, ketenangan hati, dan kesiapan jiwa sebelum memasuki sesi tausiyah.
Tausiyah pertama disampaikan oleh Pembina MT Abu Hanifah Ustaz Wilyudin AR Dhani dengan tema “mengapa kita harus bersyukur?”. Dalam penyampaiannya, ia menegaskan bahwa syukur dan sabar merupakan dua sikap utama dalam menjalani kehidupan. Menurutnya, nikmat seperti kesehatan, waktu luang, dan kelapangan rezeki bukan semata-mata hadiah, melainkan juga ujian dari Allah Swt.
Ustaz Dhani mengingatkan bahwa rasa syukur tidak cukup diucapkan, tetapi harus diwujudkan melalui ketaatan, pemanfaatan nikmat secara benar, dan kepedulian terhadap sesama.
“Syukur bukan hanya diucapkan saat kita mendapat nikmat besar. Kesehatan, waktu luang, bahkan kesempatan duduk di majelis ilmu hari ini adalah ujian sekaligus nikmat yang harus disyukuri. Dari syukur itulah Allah menilai apakah kita semakin taat atau justru lalai,” ujar Ustaz Dhani.
Kajian dilanjutkan ceramah oleh Ustazah Ebira Hasanatina dengan tema “mengapa saya diuji?”. Ia mengajak jamaah memahami bahwa ujian merupakan bagian dari realitas kehidupan dan ketetapan Allah bagi setiap hamba.
Pimpinan Pondok Pesantren Rafah Bogor itu mengatakan, ujian tidak selalu hadir dalam bentuk kesulitan, tetapi juga bisa berupa kenyamanan dan kelapangan hidup.
“Ujian tidak selalu berupa kesedihan. Nikmat, kesehatan, dan kelapangan hidup juga merupakan ujian. Allah menguji untuk menaikkan derajat hamba-Nya, agar kita belajar sabar, bersyukur, dan semakin dekat kepada-Nya,” tutur Ustazah Ebira.
Ia juga menekankan pentingnya terus belajar, mentadabburi Al-Qur’an, dan membersihkan hati. Ilmu dan nilai-nilai Al-Qur’an akan lebih mudah meresap pada hati yang bersih dan lapang. Melalui ujian, manusia dilatih untuk mengalahkan hawa nafsu, meningkatkan kualitas iman, dan menumbuhkan keikhlasan dalam beribadah.
Kegiatan kajian ditutup dengan doa bersama dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Para jamaah menyambut kegiatan ini dengan antusias dan berharap kajian serupa dapat terus berlanjut sebagai sarana menambah ilmu, memperkuat keimanan, serta mempererat Ukhuwah Islamiyah. []
