Menepati janji
Ilustrasi
Inilah keteladanan yang diberikan Nabi Muhammad Saw dalam menjaga dan menepati perkataan yang telah ia katakan meskipun belum ditulis dan belum selesai.
Pada peristiwa yang sama dalam butir perjanjian lainnya juga disebutkan, siapa saja bisa masuk dalam akad dan janji (bersekutu) dengan Muhammad dan siapa saja bisa masuk dalam akad dan janji dengan Qurays. Kemudian masuklah Bani Khuza’ah dan sekutunya pada akan dan janji Muhammad Saw serta menjadi sekutu beliau, sementara Bani Bakar bersekutu dengan Qurays.
Ketika pada akhirnya Qurays membantu sekutunya, Bani Bakar, menyerang Khuza’ah, maka datanglah Amru bin Salim al-Khuza’i menagih janji Rasulullah Saw dan meminta beliau menolong kaumnya. Amru bersumpah di hadapan Rasulullah Saw yang saat itu berada di Masjid, ia meratap dan mengatakan,
‘Wahai Tuhan, aku meratap pada Muhammad
Sekutu ayah kami dan ayahnya yang sangat erat.
Tolonglah (Muhammad),
Allah menunjukkanmu kemenangan pasti.
Ajaklah hamba-hamba Allah, mereka pasti datang memberi bantuan.
Dalam gelombang pasukan seperti samudera,
Yang berjalan berbuih-buih.
Sesungguhnya Qurays mengingkari kanji padamu
Dan merusak perjanjianmu yang telah dikuatkan.
Permintaan itu pun dipenuhi, Rasulullah pun menyiapkan 10 ribu pasukannya. Maka, serangan Qurays terhadap Bani Khuza’ah inilah yang pada akhirnya menjadi jalan bagi umat Islam untuk menaklukkan Kota Makkah.
Inilah contoh dari kejujuran dan kesetiaan Rasulullah dalam menepati janji dan perjanjian. Tidak pernah terjadi sekalipun ketika Rasulullah Saw berjanji atau membuat perjanjian lalu beliau ingkar atau berkhianat.
Imam Bukhari meriwayatkan, ketika Heraklius bertanya kepada Abu Sofyan tentang Rasulullah Saw, “Apakah ia berkhianat?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak.”
Setelah itu Heraklius mengatakan, “Aku tanyakan kepadamu apakah ia berkhianat, maka kalian anggap bahwa ia tidak berkhianat, memang seperti itulah seorang rasul, ia tidak berkhianat.” [SR]
