Memperbanyak Zikrullah

 Memperbanyak Zikrullah

Ilustrasi

Di dalam hati itu terdapat kekerasan yang tidak bisa mencair kecuali dengan zikrullah. Maka seseorang harus mengobati kekerasan hatinya itu dengan zikrullah,” ungkap Ibnul Qayim Rahimahullah tentang penyembuhan dengan cara zikir.

Seseorang pernah berkata kepada Al-Hasan Al-Basri, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadukan kekerasan hatiku kepadamu.” Maka dia menjawab, “Cairkanlah dengan zikir.”

Hal ini bisa terjadi sebab selagi hati menjadi mengeras karena kelalaian, maka kekerasan itu pun semakin menjadi-jadi. Jika nama Allah disebut, maka kekerasan itu pun menjadi cair sebagaimana timah yang mencair karena terkena api. Tidak ada yang bisa mencairkan kekerasan hati seperti yang bisa dilakukan zikrullah.

Jadi, zikir tersebut merupakan kesembuhan dan obat bagi hati, sedangkan kelalaian-kelalaian merupakan penyakit hati. Kesembuhan dan obatnya ada dalam zikrullah.

Makhul berkata, “Mengingat Allah adalah kesembuhan dan mengingat manusia adalah penyakit.”

Dengan zikir, seseorang bisa mengalahkan setan sebagaimana setan yang bisa mengalahkan orang yang lupa dan lalai.

Sebagian orang-orang salaf pernah berkata, “Jika zikir sudah melekat di dalam hati seseorang, maka jika setan mendekatinya, tentu dia dapat dikalahkan, sebagaimana manusia yang dapat dikalahkan jika setan mendekatinya. Kalau ada satu setan mengalahkannya, maka setan-setan yang lain akan berhimpun di sekitarnya dan berusaha untuk mempengaruhi hati orang Mukmin.”

Mayoritas orang yang bisa dikalahkan setan ialah orang-orang lalai yang tidak membentengi diri dengan zikir dan wirid, sehingga dia mudah dipengaruhi setan.

Sebagian orang yang mengadukan imannya yang lemah, merasa keberatan harus melaksanakan beberapa sarana penyembuhan, seperti shalat malam dan seperti shalat-shalat nafilah yang lain. Sehingga perlu langkah awal untuk pengobatan ini yang harus dilakukan secara terus-menerus.

Dengan begitu mereka bisa membentengi diri dengan zikir, seperti bacaan: “La illaha illallah wahdahu la syarika lahu, lahul-mulku wa lahul-hamdu, wa huwa ala kulli syai’in qadir”, atau “Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil azhim”, atau “La haula wa la quwwata illa billah”, atau bacaan-bacaan yang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen + 14 =