Materialisme, Sumber Kerusakan Moral

Ilustrasi: Wisuda Sarjana. [pixabay]
Paradigma pendidikan seperti ini merupakan salah satu paradigma pendidikan barat yang materialistik, dengan ciri khas konsepsi egoistik (how to be) dan konsepsi materialistik (how to do).
Selain itu, pendidikan yang materialistik juga memberikan kepada siswa suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material serta mengingkari hal-hal yang bersifat non materi. Hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam oleh orang tua siswa. Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan, atau apapun yang setara dengan materi.
Paradigma pendidikan seperti inilah yang merusak moral bangsa Indonesia. Sehingga mayoritas penduduk bangsa ini menjadi amoral dan jauh dari nilai-nilai mulia pendidikan, moralitas dan agama. Untuk mengembalikan keadaan ini diperlukan adanya perubahan paradigma pendidikan. Dari paradigma pendidikan barat yang sekuler-materialistik menjadi paradigma pendidikan Islami.
Paradigma Islam
Paradigma pendidikan Islam terlahir dari akidah Islam berupa pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan dunia, sebelum dan kehidupan setelahnya serta kaitan antara kehidupan dunia dengan kehidupan sebelum dan sesudahnya. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya. Kelak di akhirat Allah SWT juga akan meminta pertanggung jawaban manusia atas amanah hidupnya selama di dunia.
Pemahaman tentang hakikat hidup manusia sebagai hamba Allah membawa konsekuensi untuk selalu taat kepada syariat Allah. Maka, pendidikan harus diarahkan untuk membentuk peserta didik dan masyarakat agar memiliki kepribadian Islam (syakhsiyah Islamiyah) yang tangguh, yakni manusia yang memahami hakikat hidupnya dan mewujudkannya dalam kehidupannya.
Dalam misinya sebagai Khalifatullah, seperti firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 30, manusia memiliki peran untuk memakmurkan bumi. Dengan bekal panduan dari Allah SWT berupa syariat Islam, manusia diharapkan mampu menata kehidupan dengan benar sesuai kehendak Allah.
Sementara dengan bekal penguasaan sains dan teknologi, manusia diharapkan dapat mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari Sumber Daya Alam (SDA) yang ada. Karenanya pendidikan Islam disamping untuk membentuk kepribadian Islam juga harus diarahkan untuk membekali masyarakat dengan tsaqafah Islam dan penguasaan sains dan teknologi.
Dengan paradigma seperti ini maka pendidikan Islam harus menjadi upaya sadar dan terencana serta sistematis untuk mensukseskan misi penciptaan manusia sebagai hamba Allah (Abdullah) dan khalifah Allah di muka bumi.
Paradigma pendidikan seperti inilah yang bakal membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bermoral dan bermartabat.
Tidak ada upaya menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan. Karena semua orang sadar bahwa aktivitasnya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Intrik, suap, plagiat, contek massal, menipu, atau apapun namanya dalam dunia pendidikan tidak bakal ditemui, karena semua tahu bahwa pendidikan tidak hanya untuk mengejar materi.
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.” (QS. Al Hijr [15]: 92-93)
Shodiq Ramadhan/dbs.