Masjid, Bangunan Pertama dalam Peradaban Islam

Masjid Nabawi di awal pendirian.
Rasulullah Saw kemudian memanggil para tokoh Bani Najjar dan berkata kepada mereka, “Wahai bani Najjar, berapa harga tanah kalian ini?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak menghendaki harganya kecuali dari Allah SWT…”. Selanjutnya, Anas bin Malik mengatakan, “Di tanah itu terdapat beberapa kuburang kaum musyrikin, puing-puing bangunan tua, beberapa pohon kurma. Rasulullah Saw kemudian memerintahkan agar kuburan tersebut dipindahkan, pohon-pohonnya ditebang, dan puing-puingnya diratakan.”
Anas bin Malik melanjutkan, “Mereka kemudian menata batang-batang kurma itu sebagai kiblat masjid.” Sambil merampungkan pembangunan masjid bersama mereka, Rasulullah Saw mengucapkan doa, “Allahumma, ya Allah! Tidak ada kebaikan kecuali kebaikan akhirat, maka tolonglah kaum Anshar dan Muhajirin.”
Masjid Rasulullah saw dengan bentuknya yang asli ini, tanpa penambahan atau pemugaran, bertahan sampai akhir masa khalifah Abu Bakar. Baru pada masa khalifah Umar ra mengalami sedikit perbaikan, tetapi bangunannya seperti sedia kala.
Selanjutnya, pada masa khilafah Utsman ra. Terjadi banyak penambahan dan perluasan. Dinding-dindingnya dibangun dengan batu-batu berukir dan batu-batu yang dibakar.
Syekh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy dalam kitab “Fiqhus Sirah” menulis hijrah Rasulullah Saw ke Madinah merupakan langkah awal proses terbentuknya Darul Islam yang pertama di muka bumi saat itu, di samping juga merupakan pernyataan berdirinya negara Islam di bawah pimpinan pendirinya yang pertama, Muhammad Saw.
Karena itu, pekerjaan yang pertama dilakukan Rasulullah Saw ialah meletakkan asas-asas penting bagi negara ini. Asas-asas tersebut tercermin pada tiga perkara berikut: pembangunan Masjid, mempersaudarakan sesama kaum Muslimin secara umum serta antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar secara khusus, dan membuat perjanjian (dustur) yang mengatur kehidupan sesama kaum Muslimin dan menjelaskan hubungan mereka dengan orang-orang di luar Islam secara umum dan dengan kaum Yahudi secara khusus.
Tidaklah heran jika masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan masyarakat Islam, karena masyarakat Muslim tidak akan terbentuk secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, akidah, dan tatanan Islam. Hal ini tidak akan dapat ditumbuhkan kecuali melalui semangat masjid.
Di antara sistem dan prinsip ialah tersebarnya ikatan ukhuwah dan mahabbah sesama kaum Muslimin. Akan tetapi, tersebarnya ikatan ini tidak akan terjadi kecuali di dalam masjid.
Selama kaum Muslimin tidak bertemu setiap hari berkali-kali, di rumah-rumah Allah SWT, sampai terhapusnya perbedaan-perbedaan pangkat, kedudukan, kekayaan, serta status dan atribut sosial lainnya, selama itu pula tidak akan terbentuk persatuan dan persaudaraan sesama mereka.
Di antara sistem dan peradaban Islam yang lain ialah tersebarnya semangat persamaan dan keadilan sesama kaum Muslimin dalam segala aspek kehidupan.