Makna Jihad Menurut Syara’
Ilustrasi
Menurut mazhab as-Syâfi’i, sebagaimana yang dinyatakan dalam kitab al-Iqnâ’ jihad: yaitu berperang di jalan Allah. [Al-Khathîb, Hâsyiyah al-Bujayrimi ‘alâ Syarh al-Khathîb, juz IV, hal. 225]
As-Sayrâzi juga menegaskan dalam kitab al-Muhadzdzab: Sesungguhnya jihad itu adalah perang.
Sementara menurut mazhab Hanbali, dalam al-Mughnî, karya Ibn Qudâmah, tidak pernah dalam kitâb al-Jihâd dengan makna lain selain yang berhubungan dengan peperangan, dan berperang melawan kaum Kafir, baik fardlu kifayah maupun fardlu ain, ataupun dalam bentuk sikap berjaga-jaga kaum Mukmin terhadap musuh, menjaga perbatasan dan celah-celah wilayah Islam. Terhadap hal itu, beliau berkata: Ribâth (menjaga perbatasan) merupakan pangkal dan cabang jihad. [Ibn Qudâmah, al-Mughnî, juz X, hal. 375]
Juga kata-kata beliau: Jika musuh datang, maka jihad menjadi fardlu ‘ain bagi mereka… jika hal ini memang benar-benar telah ditetapkan, maka mereka tidak boleh meninggalkan (wilayah mereka) kecuali atas seizin pemimpin (mereka). Sebab, urusan peperangan telah diserahkan kepadanya. [Ibid, juz X, hal. 30-38] (*)
Dr. Muhammad Khair Haikal, Al-Jihad wal Qital fi Siyasah Syar’iyyah, diterjemahkan “Jihad dan Perang Menurut Syariat Islam”, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.
