Langkah Tepat Raih Manfaat Besar dari Alquran

 Langkah Tepat Raih Manfaat Besar dari Alquran

KH Bachtiar Nasir

Oleh:

KH Bachtiar Nasir

SAUDARAKU sekalian, mari kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, setiap waktu. Terutama takut yang berupa harap dan tawakal hanya kepada-Nya. Dan, kecintaan kita kepada Allah Ta’ala, semoga bisa senantiasa meningkat dalam setiap waktu kehidupan kita.

Saat ini, kita akan membahas tentang bagaimana cara mengambil manfaat yang besar dari Alquran. Seorang Ahlul Quran berkata, mengapa Jibril dapat menjadi Ruhul Amin yang berarti malaikat yang terpercaya dan menjadi Ruhul Quds yang berarti malaikat yang suci? Karena Alquran diamanahkan untuk turun bersamanya.

Kenapa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi Khairul Bariyyah yang berarti sebaik-baik manusia? Karena kepadanya Alquran diturunkan. Mengapa Ramadan menjadi bulan suci? Karena di dalam bulan itulah Alquran diturunkan. Dan, mengapa Lailatul Qadar menjadi lebih mulia dibandingkan seribu bulan lainnya? Karena, pada malam itulah Alquran diturunkan.

Sifat yang melekat pada Alquran yaitu Al-Kariim-lah maka semua yang melekat kepadanya menjadi mulia. Begitu pula dengan orang-orang yang di dalam hatinya melekat Alquran, mereka pastilah menjadi orang-orang yang mulia. Sekali lagi, orang-orang yang di dalam hatinya melekat Alquran dan kehidupan sehari-harinya bersama Alquran maka karamatul-Quran akan melekat dan membuatnya mulia.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membimbing dan menjaga kita dengan Alquran, sehingga kita dapat menikmati kemuliaan Alquran dan kedahsyatannya. Karena itu, khairul ayyam atau sebaik-baik hari dan khairus sa’ah atau sebaik-baik momen adalah ketika kita sedang bersama Alquran. Begitu pula, sehebat-hebat yang kita lihat adalah Al-Quran dan sehebat-hebat yang kita dengar adalah Alquran.

Empat Langkah

Lalu bagaimana kita bisa mendapatkan kehormatan untuk bersama Alquran dan meraih manfaatnya? Bahkan dapat bertadzakur bersama Alquran setiap harinya dengan mengingat Allah dan mengingatkan diri sendiri lewat Alquran?

Ada empat langkah agar kita mendapatkan pengaruh yang besar dari Alquran:

1. Kita harus mengetahui siapa subjeknya. Yaitu, siapa yang mempengaruhi kita.

2. Kita harus mempersiapkan objeknya, yaitu apa yang dipengaruhi dalam diri kita.

3. Kita harus memenuhi syarat agar pengaruh tersebut dapat masuk ke dalam diri kita.

4. Dan, apa penghalang yang bisa menghalangi diri kita mendapatkan pengaruh dari Alquran

Empat langkah yang dapat menjadi penyebab berkah Alquran ini tercantum dalam surat Qaf ayat 36-37:

وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُم بَطْشًا فَنَقَّبُوا۟ فِى ٱلْبِلَٰدِ هَلْ مِن مَّحِيصٍ
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُۥ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى ٱلسَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

“Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)? Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.”

Sesungguhnya ayat 36 di atas mengingatkan kita kembali pada kaum yang sebelumnya telah dibinasakan. Mereka adalah kaum dengan peradaban yang jauh lebih hebat dari peradaban hari ini. Mereka memiliki teknologi yang lebih natural tetapi tepat guna dan secara fisik, mereka lebih perkasa dan Tangguh. Namun demikian, mereka tidak dapat menghindar dari azab Allah Ta’ala manakala mengingkari Allah dan membangkang dari perintah-Nya.

Insyaallah, bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar dan diakui martabatnya oleh dunia karena bangsa ini memiliki modal Islam. Hanya tinggal selangkah lagi yaitu menjadikan Islam sebagai pedoman hidup dalam keseharian berbangsa dan bernegara.

Sekarang bagaimana caranya menurut ayat ini? Yaitu dengan menjadi manusia-manusia yang kalbunya hidup, telinganya mendengar dan dalam kondisi yang sadar meyakini bahwa apa yang Allah Azza wa Jalla sampaikan di dalam Al-Quran adalah benar.

Yang menurunkan Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia adalah Allah Azza wa Jalla. Dengan demikian, disaat kita sedang membaca atau mengaji Alquran maka kita harus yakin bahwa Allah-lah yang sedang berbicara kepada kita. Allah-lah yang sedang memberikan Alquran kepada kita. Alquran adalah kalamullah.

Oleh karena itu, subjek yang menurunkan Alquran adalah Allah Ta’ala. Yang sedang kita dengar perintahnya adalah Allah. Yang sedang disampaikan-Nya adalah poin-poin penting yang sangat kita perlukan untuk menjalani hidup.

Orang yang menjadikan Allah sebagai subjek ini, biasanya tidak bermain-main dengan momen membaca Alquran. Dia biasanya berwudhu terlebih dahulu, memuliakan Allah, dan duduk dengan cara duduk beribadah. Membaca ta’awudz dan membaca basmallah. Tiap huruf Alquran diberi haknya berupa tahsin dan tajwid. Bila tidak memahami, maka dia akan segera mangambil tafsir atau bertanya kepada orang yang berilmu. Lalu ia jadikan apa yang dipahaminya saat itu sebagai panduan untuk beramal dan bertindak dalam kehidupannya. Inilah yang dikatakan bahwa Alquran dijadikan sebagai subjek karena Allah-lah yang berbicara didalamnya.

Yang kedua, sadarilah bahwa Alquran bertujuan mempengaruhi hati kita. Oleh karena itu, kita harus sadar betul bahwa yang ingin dituju oleh Alquran adalah hati kita. Bukan lisan, tenggorokan bahkan bukan pula otak kita. Membaca Al-Quran itu harus menghadirkan kalbu. Ya, kalbu yang hidup. Bukan kalbu yang lalai, bukan kalbu yang sekarat, bukan kalbu yang sakit; apalagi kalbu yang telah mati. Karena itu, bisa jadi, banyak orang yang bisa membaca Alquran, tetapi sangat sedikit orang yang menerima pengaruh Alquran karena hatinya lalai.

Sesungguhnya ini adalah Alquran yang mulia. Peringatan Alquran hanya dapat tersambung pada kalbu yang hidup. Kalbu yang sadar bahwa ia sedang berhadapan dengan Allah dan kalamullah. Menurut Ibnu Qayyim, orang yang memiliki kalbu yang hidup ini sudah menyadari bahwa Alquran itu adalah yang hak. Jadi, bila ia sedang membaca Alquran maka sebenarnya ia tinggal membenarkan saja.

Bagi kita yang belum sampai pada level ini, maka fokus ketika membaca Alquran adalah metode yang paling efektif. Ini akan memudahkan Alquran meresap ke dalam hati. Jangan sampai mulut kita membaca Alquran, tetapi entah apa yang disimak dalam pendengaran kita.

Yang ketika, syarat agar Alquran dapat mempengaruhi hati kita adalah fokus dalam mendengar, memahami, dan mengamalkannya.

Yang keempat, apa yang membuat kita terhalang dari Alquran adalah kelalaian. Inilah kondisi yang bertentangan dengan kesadaran seseorang akan kebenaran Alquran dan fokus dalam mengimplementasikannya. Yaitu bila hati yang berada dalam kondisi lalai. Oleh karena itu, penting untuk menghadirkan diri dalam kondisi yang sadar, kondisi stand-by, dan siap untuk menerima kebenaran ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Saudaraku sekalian, poin penting yang ingin saya sampaikan adalah tidak ada narasi yang lebih penting dari narasi Alquran. Jihad yang paling hebat yang harus kita lakukan di negeri ini adalah jihad melawan orang-orang yang mengingkari Allah dan melawan perintah-Nya dengan Al-Quran. Bukan dengan senjata atau kekerasan.

Maka barang siapa yang ingin mati syahid dan hidup sebagai mujahid, maka jihad yang paling besar yang harus kita lakukan saat ini adalah jihad membaca Alquran dan jihad mengamalkan Alquran hingga dalam setiap aspek kehidupan. Berargumen dengan Alquran dan kita rontokkan kekuatan kufur dengan kekuatan pengaruh Alquran. Ini jihad besar dan barang siapa yang mengambil pilihan hidup seperti ini, maka insyaallah kelak ia mati dalam keadaan syahid.*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one + nineteen =