Kisah Santriwati yang Ditugaskan di Dapur Ponpes Nuu Waar Selama Pengabdian

 Kisah Santriwati yang Ditugaskan di Dapur Ponpes Nuu Waar Selama Pengabdian

Weniati Lisnasari, santriwati Pondok Pesantren Nuu Waar AFKN

Bekasi, Mediaislam.id–Pondok Pesantren (Ponpes) Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat memiliki program santri pengabdian. Program ini berlangsung selama setahun, ditujukan bagi para santri yang baru selesai lulus Madrasah Aliyah dan menunggu masa melanjutkan kuliah jenjang strata satu.

Para santri pengabdian diberi berbagai macam tugas. Ada yang bertugas membantu mengajar, ada bertugas di tata usaha hingga ada pula yang bertugas di dapur Ponpes Nuu Waar. Salah satu santriwati yang ditugaskan di dapur adalah Weniati Lisnasari (19 tahun).

“Tugasnya di dapur. Masak, bersih-bersih di dapur. Menyediakan dan membagikan makanan ke adik-adik santri,” ungkap Weni, Rabu (28/2/2024).

Santriwati asal Kepulauan Meranti, Riau ini mengatakan setiap hari ia membantu memasak untuk memenuhi konsumsi lebih dari 500 santri dan guru Ponpes Nuu Waar. Biasanya ia bersama rekan-rekannya memulai masak lauk bakda shalat Subuh.

“Kalau masak nasi dari jam 3 pagi, itu santri laki-laki yang kerjakan. Santri putri tugas memasak lauk dan bersih-bersih dapur,” kata Weni.

Sementara jika sedang puasa, waktu memasak dimajukan mulai jam 12 malam.

Weni bersyukur ditugaskan di dapur selama program santri pengabdian. Dari sini ia bisa belajar banyak hal, termasuk belajar mengelola dapur umum yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan para santri.

Tentu, ada kendala yang Weni hadapi saat menjalankan tugas di dapur.

“Selama setahun. Jadi terima saja ditugaskan di dapur. Kendala, kalau ada teman yang sakit, izin, lalu kita sendiri yang memasak. Satu kelompok ada enam atau tujuh orang,” kata anak kedua dari tiga bersaudara ini.

Untuk diketahui, Weni lulus Aliyah pada tahun 2023 lalu. Ia belajar di Ponpes Nuu Waar sejak di tingkat SMP. Ia berencana melanjutkan kuliah di Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta. Selepas lulus, Weni ingin kembali ke kampung halaman dan menjadi ustazah.

Ia mengatakan sudah disiapkan pondok oleh Ustaz Fauzi (dai AFKN di Riau) untuk mengajarkan Alquran kepada anak-anak kampung.

Alhamdulillah, Weni dalam waktu enam tahun belajar di Ponpes Nuu Waar mampu menghafal Alquran 30 juz. Sejak di Riau, ia mengaku sudah punya tekad untuk menghafal Alquran.

“Dari awal, sejak di Riau sudah ada niat untuk menghafal Alquran. Hafalannya dimulai perbaris. Kalau sudah lancar lanjut baris berikutnya. Kemudian rutin murajaah. Dibaca-baca lagi pada waktu shalat,” ujar Weni.

Tentu saja, ada saja hambatan Weni dalam menghafal Alquran. Rasa malas biasanya yang menjadi kendala.

“Ditanamkan dalam diri saja, Weni targetkan dalam diri sebelum lulus SMA harus sudah selesai 30 juz,” kata Weni.

Dijelaskan Weni, kedua orang tua di Riau bangga begitu mengetahui Weni telah memiliki hafalan Alquran 30 juz.

“Mereka bangga. Sampai dibikinin syukuran di sana,” ujar Weni sambil tersenyum.

Pada kesempatan ini, Weni mengucapkan rasa syukur dan terima kasih telah diberi kesempatan belajar di Ponpes Nuu Waar. Ia juga mendoakan kesuksesan dunia akhirat kepada para dermawan yang telah menyokong opersional Ponpes Nuu Waar.

Tak lupa Weni minta didoakan. “Semoga apa yang Weni cita-citakan tecapai, bisa bahagiakan orang tua juga,” kata Weni.*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ten + three =