Ketika Pintu Tobat Masih Terbuka  

 Ketika Pintu Tobat Masih Terbuka  

Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA.

Keempat, ini merupakan kesempurnaan nasihat Rasulullah saw kepada ummatnya. Maka kita wajib meneladaninya, yaitu jika kita menyuruh orang lain dengan suatu perintah, maka kita harus melaksanakannya terlebih dahulu. Sebaliknya jika kita melarang mereka dari sesuatu, maka kita harus menjadi orang yang pertama yang menghindari larangan tersebut, karena ini adalah hakikat seorang dai kepada Allah, bahkan inilah hakikat dakwah kepada Allah, yaitu melaksanakan apa yang kita perintahkan dan meninggalkan apa yang kita larang darinya.

Menurut Dr. Musthafa Bugha, Rasulullah saw mengajarkan dan mendorong ummatnya untuk selalu beristighfar dan bertobat seperti dirinya, karena dengan rutinitas beristighfar dan bertobat ini akan menghapus dosa-dosa yang kadangkala dilakukan oleh seorang manusia tanpa disadari. Kemudian, hadits tersebut tidak bermaksud jumlah tertentu dalam istighfar, namun yang ditegaskan adalah kualitas dan kuantitas istighfar, sesuai dengan kemampuan masing-masing kita.” (Nuzhatul Muttaqin, 1/ 31).

Dosa yang kita lakukan pun beragam macam dan kadarnya, bisa berupa dosa kecil maupun dosa besar. Tergantung jenis maksiat yang kita lakukan. Terkadang kita menyakiti hati saudara kita dengan cacian, ghibah dan fitnah. Kadang pula kita menyalahi amanah (khianat) terhadap jabatan kita dan mengambil hak orang lain dengan cara yang bathil (korupsi, menyuap, mencuri, merampok dan sebagainya). Kita juga pernah berdusta, manipulasi, dan sebagainya. Kitapun pernah tidak shalat, puasa dan membayar zakat. Dalam kondisi berlumuran dosa ini, wajib hukumnya bagi kita untuk bertobat kepada Allah Swt. Kewajiban ini Allah sebutkan dalam al-Quran.

Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.

Allah Swt berfirman, “Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya,…”. (Hud: 3)

Allah Swt juga berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya,…”. (at-Tahrim: 8).

Syarat-Syarat Tobat

Agar tobat kita diterima Allah Swt, maka harus bertobat nasuha (tobat yang sebenarnya). Taubah nasuha harus memenuhi kriteria tertentu, yaitu:

Jika dosa itu berkaitan dengan Allah Swt, maka tobat nasuha itu harus memenuhi tiga kriteria: Pertama; meninggalkan kemaksiatan tersebut. Kedua; menyesali perbuatannya. Ketiga; bertekad untuk tidak mengulanginya lagi untuk selama-lamanya. Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tobatnya itu tidak sah.

Jika dosa yang berkaitan dengan manusia, maka syaratnya ada empat, yaitu yang tiga sama dengan diatas dan ditambah menunaikan hak manusia. Jika hak itu berupa harta dan sebagainya, maka dia harus mengembalikannya. Jika hak itu berupa hukuman had qazf (tuduhan berzina), maka mintalah dihukum atau minta maaf. Dan jika kemaksiatan itu berupa ghibah, maka dia harus meminta maaf. (Riyadhlus Shalihin, hal 46).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 × one =