Ketika Istri Nabi Cemburu

 Ketika Istri Nabi Cemburu

Kaligrafi “Muhammad Saw” di Masjid Hagia Sophia, Istanbul.

RASULULLAH SAW adalah teladan bagi para suami. Hal ini dapat dipelajari dari cara beliau dalam mengatur mengatur dan mendidik istri-istrinya. Termasuk saat menghadapi kecemburuan mereka.

Istri-istri beliau, kata Syekh Said Hawwa dalam kitabnya “Ar-Rasul Saw”, memiliki kecemburuan yang besar. Beliau menerima kecemburuan ini dengan baik dan penuh kesabaran, kecuali jika keluar dari jalan yang lurus, maka beliau akan segera memberi pelajaran kepada mereka.

Aisyah ra. berkata, ”Aku belum pernah melihat wanita yang membuat makanan seperti apa yang dibuat Shafiyah untuk Rasulullah Saw saat beliau ada di rumahku. Beliau mengambilkan aku secuil, aku bergetar karena dahsyatnya rasa cemburuku, lalu aku pecahkan tempat makanan itu. Setelah itu, aku menyesal dan aku katakan pada Rasulullah Saw, ‘Wahai Rasulullah, apa kifarat perbuatanku ini?’ Beliau menjawab, ‘(Mengganti) tempat seperti tempat yang kamu pecahkan dan makanan seperti makanan yang kamu rusak.” (HR Abu Dawud dan an-Nasa’i)

Rasulullah Saw, lanjut Said Hawwa, memasuki dan menata hati-hati mereka hingga bersih dan suci.

Shafiyah mengatakan, “Tidak ada yang lebih aku benci dari Rasulullah Saw yang telah membunuh ayah dan suamiku, tetapi beliau terus-menerus minta maaf kepadaku dan bersabda, ‘Wahai Shafiyah, ayahmu telah membuat makar yang keji pada orang Arab dan telah melakukan kejahatan seperti yang telah ia lakukan.’ Sampai akhirnya kebencian itu hilang sama sekali dari diriku.”

Rasulullah Saw memberi mereka kebebasan berbicara dan beliau mendengarkannya dengan baik, menjawab dan memberi pelajaran.

Rasulullah Saw selalu menjaga kenangan dan ingatan pada Khadijah dengan cara yang tiada bandingnya. Itu merupakan tanda kesetiaan dan kehormatan.

Di antara kesetiaan Rasulullah Saw., beliau senantiasa berbuat baik dengan semua wanita yang mempunyai hubungan dengan Khadijah dan beliau selalu menyebutnyebut Khadijah dengan sepenuh kebaikan. Sampai hal ini membuat Aisyah tidak cemburu pada seorang wanita sebagaimana cemburunya ia pada Khadijah yang telah wafat.

Suatu ketika, Aisyah berkata kepada Rasulullah Saw., “Khadijah lagi, Khadijah lagi. Sepertinya tak ada wanita di bumi ini selain Khadijah.” Beliau meninggalkannya sesaat kemudian kembali lagi dan ibunya Aisyah yaitu Ummu Rumman ada di sampingnya. Ummu Rumman berkata pada beliau, “Wahai Rasulullah, biarkan saja Aisyah, ia masih kecil dan engkau lebih berhak untuk memaafkannya.” Tetapi beliau tidak mempedulikannya, lalu memegang dagu Aisyah dan dengan nada menegurnya beliau mengatakan, “Bukankah engkau yang mengatakan, sepertinya tak ada wanita di bumi ini selain Khadijah?” (HR Bukhari dan Muslim)

Suatu ketika Aisyah r.a. berkata kepada beliau, “Mengapa engkau masih mengingat-ingat perempuan tua yang merah dagunya, padahal Allah telah menggantikannya untukmu wanita yang lebih baik darinya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 × 2 =