Ketaatan pada Pemimpin dalam Perspektif Al-Qur’an
Ilustrasi
3. Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah
Dari Surat an-Nisā’ ayat 59 menegaskan sebuah prinsip agung, bahwa Al-Qur’an dan Hadis harus menjadi rujukan tertinggi dalam setiap persoalan. Ketika perselisihan muncul, ketika hati manusia mulai terpecah oleh perbedaan, Allah memerintahkan kita untuk kembali kepada dua sumber kebenaran. Inilah jaminan bahwa keputusan yang diambil bukan sekadar hasil akal dan hawa nafsu, melainkan bersandar pada petunjuk Ilahi.
فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.”
Menurut Mujahid dan sejumlah ulama mufassir lainnya, makna ayat ini adalah bahwa setiap perkara yang diperselisihkan harus dikembalikan kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Di sanalah letak kepastian hukum dan kebenaran yang tidak berubah oleh zaman.
Ibnu Katsir menegaskan bahwa perintah ini datang langsung dari Allah. Ketika manusia berbeda pendapat, baik dalam perkara-perkara besar agama maupun persoalan cabangnya, maka jalan keluar yang benar adalah merujuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan demikian, setiap keputusan yang diambil tidak bersandar pada akal manusia semata, tetapi pada petunjuk Ilahi yang menjadi cahaya bagi seluruh aspek kehidupan.
Dalam firman yang lain: “Tentang sesuatu apa pun yang kalian perselisihkan, maka putusannya (terserah) kepada Allah.” (QS. Asy Syura: 10). Sabda Nabi Saw dalam hadisnya: “Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik)
Perintah mengembalikan perselisihan kepada al-Quran dan hadits ini ditujukan kepada orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.
ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”
Asbabun Nuzul
Dalam Tafsir Al-Munir, Wahbah az-Zuḥailī menjelaskan tentang asbab nuzul surah an-Nisa ayat 59
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah …”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: ayat ini turun berkenaan dengan ‘Abdullah bin Ḥudzāfah bin Qais, ketika Nabi ﷺ mengutusnya dalam suatu ekspedisi (pasukan kecil).
