Kesungguhan, Kunci Keberhasilan

 Kesungguhan, Kunci Keberhasilan

Ilustrasi: Santriwati sebuah pondok pesantren.

BELAJAR adalah sebuah proses berfikir dimana kita dapat mencerna suatu pembelajaran dan terjadinya perubahan pada tingkah laku kita.

Belajar merupakan suatu cara untuk kita mengejar cita-cita. Tingginya kemuliaan itu seiring dengan cita-cita yang tinggi. Keluhuran itu diraih dengan kesungguhan, bukan dengan keturunan. Keluhuran seseorang didapatkan dengan bangun dimalam hari.

Menurut kitab Ta’lim Muta’alim, waktu yang paling tepat untuk kita belajar yaitu pada malam hari. Mengapa demikian? Disebutkan dalam matan kitab Ta’lim Muta’alim:

قيل : اتخذ الليل جملا تدرك به املا.
قال المصنف وقد اتفق لي نظم في هذا المعنى شعر:

من شاء ان يحتوي اما له جملا
فليتخذ ليله في دركها جملا
اقلل طعا مك كي تحظى به سهرا
ان شعت يا صا حبي ان تبلغ الكملا

Dikatakan: “Jadikan waktu malam sebagai kendaraan demi mengejar cita-cita”.
Penulis katakan, aku mempunyai syair yang semakna:

“Barangsiapa ingin cita-citanya tercapai,
Hendaknya dia menggunakan waktu malamnya sebagai kendaraan.
Sedikitkan makananmu agar Anda kuat berjaga,
Jika Anda ingin meraih kesempurnaan, wahai sahabatku.

Maksud dari kalimat “Menjadikan malam sebagai kendaraan”, Al-Madani mengomentarinya, “Ini perumpamaan orang yang melakukan amalan disepanjang malam, baik berupa membaca, sholat malam, atau aktivitas lainnya yang dilakukan pada malam hari “. (Majma’ Al-Amtsal, 1/135)

Seseorang bisa tinggi derajatnya, sebab dengan adanya cita-cita. Modal utama dalam meraih segala sesuatu adalah kesungguhan dan cita-cita yang tinggi.

Dalam mempelajari dan mendalami ilmu memerlukan kesungguhan dari tiga pihak, yaitu: murid, guru, dan ayah dari si murid jika dia masih hidup. Jika ada seseorang yang mempunyai cita-cita yang tinggi, namun tidak diikuti dengan kesungguhan, maka dia tidak akan memperoleh ilmu, melainkan hanya sedikit saja.

Orang yang bermalas-malasan akan mendapatkan penyesalan dan tidak tercapainya suatu cita-cita. Maka jauhilah sifat malas dalam mencari suatu perkara yang belum diketahui. Dan jika kita belum memahami atau mengetahui suatu perkara, maka tanyakanlah. Sikap malas muncul karena kurangnya memperhatikan kedudukan dan keutamaan ilmu.

Oleh karena itu kita harus bersungguh-sungguh dalam mendapatkan ilmu. Sebab ilmu itu abadi dengan kekalnya pengetahuan, sedangkan harta itu akan binasa dalam waktu yang singkat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two × 2 =