Kedermawanan Indonesia Turun ke Peringkat 21, PIRAC: Wajar, Metodologi Beda

Ilustrasi: Paket bantuan kemanusiaan PMI.
Jakarta (MediaIslam.id) – Laporan World Giving Report (WGR) 2025 menempatkan Nigeria sebagai negara paling dermawan di dunia, sedangkan Indonesia turun peringkat, menduduki posisi ke-21 dari 101 negara yang disurvei.
Peneliti filantropi di Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC), Hamid Abidin, menjelaskan, turunnya peringkat Indonesia di WGR 2025 sebagai hal yang wajar. Dia beralasan penelitian ini menggunakan metodologi yang berbeda, yang lebih terperinci dan inklusif dengan memasukkan aspek nilai donasi terhadap pendapatan serta keragaman jalur pemberian.
“Pendekatan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kedermawanan global dibanding World Giving Index (WGI) yang mengandalkan frekuensi aktivitas memberi. Perubahan ini juga berpengaruh terhadap rangking negara-negara yang sebelumnya menduduki posisi atas di WGI,” kata Hamid dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (02/08).
Meski tetap menunjukkan kedermawanan tinggi secara global, Hamid menilai Indonesia tidak lagi menduduki posisi pertama dan tergeser oleh negara-negara dengan proporsi pendapatan donasi yang lebih besar, seperti Nigeria, Mesir dan China, yang menempati 3 urutan teratas.
Ia menekankan pentingnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga amal atau filantropi sebagai faktor kunci dalam membangun budaya kedermawanan yang kuat.
Menurutnya, tingkat kepercayaan terhadap lembaga amal dan organisasi sosial sangat berkorelasi dengan budaya menyumbang masyarakat. Tingkat partisipasi dan nilai donasi masyarakat jauh lebih tinggi jika mereka menilai lembaga filantropi/amal di negaranya dapat dipercaya dan memiliki peran penting dalam kehidupan sosial.
“Tren ini juga tergambar dalam WGR 2025, yang menunjukkan bahwa negara-negara dengan kepercayaan tinggi pada organisasi amal/filantropi (Afrika dan Asia) menunjukkan tingkat partisipasi dan donasi yang lebih tinggi,” ujarnya.
Hamid mengingatkan urgensi kebijakan dan dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem filantropi yang berdampak pada meningkatnya keterlibatan dan jumlah donasi masyarakat.
Kebijakan dan dukungan pemerintah melalui insentif, kampanye publik, maupun regulasi yang mempermudah dan memfasilitasi kegiatan filantropi akan memperkuat motivasi dan norma sosial tentang berbagi, serta mendukung budaya filantropi yang strategis dan berkelanjutan.
“Secara global, Indonesia menjadi contoh inspiratif bagaimana negara berkembang dapat menggabungkan tradisi sosial dan modernisasi dalam meningkatkan kedermawanan yang berkelanjutan, sekaligus menunjukkan bahwa filantropi memainkan peran vital dalam pembangunan sosial di tengah tantangan ekonomi dan perubahan sosial yang dinamis,” tutur Hamid.