Ke Kampung Arab Pekojan, Menyusuri Jejak Sejarah Islam di Kota Tua Jakarta
Pintu gerbang Masjid Jami’ An-Nawier di Pekojan, Jakarta Barat.
Atap masjid yang merupakan bangunan cagar budaya sejak tahun 2010 itu terdiri dari empat buah atap limasan berbahan genteng. Lalu, atap mihrab berbentuk kubah dan mimbarnya berbahan kayu berwarna cokelat tua.
Sementara itu, plafon masjid masih berupa kayu, seperti aslinya. Plafon ini disangga oleh pilar yang berjumlah 33 buah, sesuai dengan jumlah bacaan dzikir setelah shalat fardu. Pintu masjid dibuat lima buah yang menyimbolkan rukun Islam.
Setelah mengamati interior masjid, wisatawan bakal diajak melihat bagian depan masjid yang terletak di seberang sebuah jembatan yang dulunya diberi nama Jembatan Kambing.
Sesuai namanya, semula jembatan tersebut difungsikan sebagai tempat lalu lalang pedagang kambing, namun kini menjadi jalur pengendara sepeda motor.
Relatif tak jauh dari jembatan ini, pemandu mengajak pelancong menuju sebuah bangunan bernama Langgar Tinggi yang terletak di Jalan Pekojan Raya, berada di tepian Kali Angke.

Lantai bangunan di lantai dua yang dijadikan langgar terbuat dari bahan yang disebut kayu jati Belanda atau sebenarnya merupakan kayu pinus, sama dengan mimbarnya.
Sementara lantai pertama, yang semula dijadikan penginapan kini difungsikan pengurus langgar sebagai toko untuk menjual wewangian.[]
sumber: ANTARA
