Kadar Kemampuan Hamba
Ilustrasi: Masjidil Haram
DALAM Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ
“Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya…” QS. Al-Baqarah [2]:286
Ayat ini turun berkenaan dengan beberapa sahabat Nabi yang merasa berat mengamalkan surat al-Baqarah: 284. Ketika Nabi mengetahui, beliau meminta mereka untuk selalu menaati perintah Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an.
Abu Hurairah ra berkata: “Ketika turun kepada Rasulullah Saw surah al-Baqarah: 284, para sahabat merasa berat mengamalkannya. Mereka menghadap Rasulullah sambil mengadu, ‘Wahai Rasulullah, kami telah dibebani dengan beberapa ibadah yang kami sanggup mengamalkannya: shalat, puasa, jihad, dan sedekah. Setelah itu turun ayat ini, kami tidak sanggup mengamalkannya.’
Nabi berkata. ‘Apakah kalian ingin seperti kaum Yahudi dan Nasrani sebelum kalian, yang mengatakan سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا? Katakanlah سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. Lalu para sahabat mengulang-ulang kalimat itu dan seketika lidah mereka terasa begitu tunduk. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya surah al-Baqarah: 285. Ketika para sahabat berusaha mengamalkan, Allah pun menghapus hukumnya sebagai keringanan bagi mereka dengan menurunkan firmannya, yakni surah al-Baqarah: 286.”
Maksud dari ayat di atas ialah Allah tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya. Ini merupakan kelembutan, kasih sayang, dan kebaikan Allah terhadap makhluk-Nya.
Dengan ayat ini manusia menjadi tenang dan tentram terhadap rahmat Allah dan keadilan-Nya. Oleh karena itu, ia tidak merasa bosan dengan tugasnya, tidak merasa sempit dadanya, tidak merasa keberatan dalam melaksanakan tugasnya. Ia percaya bahwa Allah lebih mengetahui kemampuan hamba-Nya. Seandainya tugas-tugas itu di luar batas kemampuannya, niscaya Allah tidak akan mewajibkan atas dirinya.
Maka dapat di artikan bahwa ayat ini selain menenangkan dan menghibur hati manusia, dapat pula menghimpun semangat orang yang beriman untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Ia pun merasa bahwa tugasnya berada di dalam kemampuan, dan kalaupun itu di luar batas kemampuannya Allah tidak akan mewajibkan atas dirinya.
Ayat ini menjadi penjelas bagi para sahabat Nabi tentang apa yang sebelumnya mereka rasa berat, yaitu dalam surah al-Baqarah: 284 yang maksudnya adalah, meskipun Allah menghisab dan meminta pertanggungjawaban atas amal perbuatan seseorang, namun Allah tidak menghukum/menyiksa kecuali atas amal perbuatan jelek yang mana seseorang itu sebenarnya mampu menolak/meninggalkannya.
Sedangkan seseorang yang tidak mampu menolaknya, seperti bisikan-bisikan jahat yang ada di dalam hati, maka hal ini tidak dibebankan kepada manusia, karena membenci bisikan-bisikan jahat yang muncul di dalam hati merupakan sebagian dari iman.
