Kacamata Dunia dalam Memandang Perempuan Hari Ini

Ilustrasi: Putri Ariani
BELAKANGAN kita dibuat terpana oleh sosok Putri Ariani yang prestasinya mendunia sebagai seorang penyanyi bertalenta. Semua mata seolah tertuju padanya, mulai dari proses perjuangannya hingga berhasil meraih gelar juara dalam ajang pencarian bakat level dunia. Sosoknya banyak menghiasi sosial media dan stasiun televisi yang menggangapnya sebagai sosok inspiratif.
Selain Putri ada pula Aafia Siddiqui. Ia seorang dokter dengan keilmuan dan keahliannya mampu melahirkan sesuatu yang sempat bermanfaat. Ia berhasil menguasai ilmu tentang syaraf dengan belajar neurologi di Massachusetts Institut of Technology, memiliki 144 gelar kehormatan dan sertifikat dalam studi ilmu saraf serta satu-satunya ahli syaraf yang mendapat gelar doktor Universitas Harvard, di Amerika sendiri tidak ada yang mampu menyamainya.
Apa yang dicapai Aafia adalah sesuatu yang sangat bermanfaat bagi umat, namun apa yang terjadi padanya?
Dunia menutup mata dan menghancurkan mutiara umat ini. Ia dituduh lalu ditangkap dan menjalani kehidupan yang menyedihkan di penjara. Begitulah dunia memandang dan memperlakukan mereka berdua. Walaupun sama-sama Muslimah tapi cara pandang dan pengapresiannya berbeda, bak langit dan bumi. Yang satu diviralkan dan yang satu ditenggelamkan.
Padahal kalaulah objektif hendaknya prestasi mendunia itu dipublikasikan agar menjadi inspirasi bagi masyarakat global. Media dengan sangat masif memviralkan sesuatu yang mempunyai nilai jual yang mampu memikat generasi untuk mengikuti arus yang dirancang oleh mereka yang mengendalikan sistem hari ini.
Maka dari itu umat Islam, baik itu Muslim maupun Muslimah perlu berjuang secara totalitas untuk menghadapi tantangan global yang diakibatkan oleh sistem sekuler kapilatistik. Sistem ini menafikan peran Sang Khaliq dalam pengaturan kehidupan. Sekularisme yang berasaskan materi hanya akan mensupport segala prestasi yang sejalan dengan sistem itu sendiri dan kepada prestasi generasi Muslim yang membawa kebangkitan dan kekuatan bagi umat Islam dunia akan dihancurkan.
Kaum Muslimah hari ini hendaknya ikut berperan dan berkontribusi mengubah kondisi serta sistem yang rusak ini dengan sistem Islam. Perempuan memiliki peran besar sebagai agen perubahan, baik dalam posisinya sebagai ibu yang melahirkan generasi pemimpin maupun perannya sebagai guru bagi sesama perempuan.
Adapun upaya yang harus dilakukan saat ini yakni dengan menjadikan para Muslimah paham Islam secara keseluruhan dengan menjadikan akidah Islam sebagai landasan hidupnya. Seorang Muslimah dengan perannya sebagai seorang ibu haruslah mendidik anak-anaknya dengan ideologi Islam, sehingga generasi yang dihasilkan mampu bersaing dalam persaingan global serta memiliki karakter kepemimpinan dan bersyaksiyah Islam yang berkualitas.
Selain itu, seorang Muslimah harus menunaikan hak dan kewajibannya sebagai seorang istri, pun harus menyadari tanggung jawabnya di tengah-tengah masyarakat untuk mencerdaskan umat dari berbagai serangan paham-paham kufur mulai dari sekuler, liberal, feminisme, transgender, kapitalisme dan lainnya yang telah merapuhkan ketahanan keluarga. Akhirnya umat akan rindu penerapan syariah Islam dan berjuang bersama-sama agar sistem Islam ditegakkan.
Islam menjamin kemuliaan dan kesejahteraan serta perlindungannya terhadap Muslimah. Para shahabiyah di zaman Rasulullah telah terlibat secara aktif dalam pergerakan dakwah untuk mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islam hingga terwujud masyarakat Islam di Madinah. Akan halnya pada masa Khulafaur Rasyidin dan masa-masa setelahnya, Muslimah memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan.
Ummun warabbatul bayt merupakan peran utamanya seorang Muslimah yang darinya pula berhasil melahirkan generasi terbaik yang mampu membangun peradaban Islam yang tinggi dan cemerlang. Oleh karena itu saatnya Muslimah menyadari bahwa merekalah penyangga dan pembangunan peradaban Islam yang mulia ini. Mereka memiliki tanggung jawab untuk melakukan perubahan di tengah-tengah masyarakat menuju peradaban agung dengan berjuang bersama-sama menegakkan Islam kaffah.[]
Sari Liswantini, Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok.