Jangan Tergesa-gesa Meminta Keburukan

 Jangan Tergesa-gesa Meminta Keburukan

Ilustrasi

Penjelasan yang serupa juga dijumpai dalam Tafsir Al-Munir (Wahbah Az-Zuhaili, jilid. 8, 50-51). Dalam penafsiran yang dijabarkan Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab tafsirnya, maka ayat ini memiliki penjelasan yang tidak jauh berbeda dari penjelasan sebelumnya. Sebab manusia meminta atau berdoa atas keburukan maupun kebaikan secara tergesa-gesa adalah atas dasar kegelisahan yang ada dalam dirinya. Manusia seakan tidak berfikir panjang atas akibat yang terjadi setelah mereka meminta keburukan bahkan dengan keburukan yang mungkin tidak patut untuk dirinya sendiri. Dalam penafsiran ayat ini, yang menjadikan sebab Allah tidak langsung mengabulkan permintaan manusia yang dilandasi ketergesa-gesaan adalah karena kemurahan dan Rahmat-Nya. sehingga manusia tidak semena-mena langsung celaka walau atas dasar perbuatannya sendiri.

Dan pendapat yang terakhir, dalam kitab Tafsir Jami’ul Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an (Ibn Jarir Ath-Thabari, jilid. 17, 393-394) bahwa ketergesaan manusia dalam meminta keburukan hanyalah akan membawa celaka atas apa yang ia harapkan terjadi. Penafsiran ini juga serupa dengan penafsiran sebelumnya bahwa Rahmat Allah lah yang membuat harapan mereka tidak segera dikabulkan. Dan Allah bisa menunda hal-hal buruk yang terjadi dan menggantinya dengan hal yang lebih baik dari apa yang mereka harapkan.

Ath-Thabari juga mencantumkan pendapat tentang takwil sifat ketergesaan dalam diri manusia. Dimana Mujahid berkata ketergesaan manusia ini ada pada saat mereka berdoa meminta keburukan. Namun yang lain mengatakan bahwa saat Adam diciptakan, ia tergesa-gesa untuk bangkit sebelum ruhnya mengalir diseluruh tubuhnya secara sempurna. Maka, anak cucu adam tergesa-gesa sebagaimana tergesa-gesanya Adam, bapaknya.

Hikmah tasyri’ dalam kehidupan

Melalui ayat ini, hikmah tasyri’ yang bisa diambil dalam kehidupan saat ini adalah bahwa manusia diajarkan untuk tidak tergesa-gesa dalam hal apapun dan tidak sembarangan berdoa dalam hal keburukan. Karena, tidak semua yang yang manusia harapkan itu baik bagi dirinya.

Ayat ini juga mengajarkan seseorang agar lebih sabar dan tenang dalam menjalani hidup dan segala cobaannya agar tidak bermudah-mudah mengharap keburukan tatkala ditimpa keputus asaan dan kekecewaan.

Pelajaran terakhir yang bisa diambil adalah tidak semua hal yang terlihat cepat itu baik, dan tidak semua penundaan itu berarti tertolak. Ada kalanya hal yang seseorang inginkan tidak terjadi, adalah sebuah tanda penyelamatan dan kasih sayang Allah untuk melindungi hamba-Nya dari segala keburukan.

Perlu diingat, segala hal tidak harus serba terburu-buru. Allah tahu kapan harus memberi, kapan harus menunda, dan kapan harus menolak hanya untuk memberikan kebaikan untuk hamba-Nya.

Kesimpulan

Dari berbagai penafsiran yang dijelaskan sebelumnya, bisa ditarik kesimpulan bahwa Qs. Al-Isra [17] : 11 sedang menjelaskan tentang sifat dasar manusia yang memang tergesa-gesa. Menegaskan pula, bahwa tergesa-gesa dalam meminta hal baik saja tidak dinilai baik apalagi tergesa-gesa dalam hal meminta keburukan.

Semua hal buruk yang diminta secara terburu-buru hanya akan membawa petaka ataupun celaka bagi siapapun yang memintanya. Jika bukan karena Rahmat Allah yang luas atas hamba-Nya, maka sudah banyak ditemui manusia yang celaka sebab doa-doa mereka sendiri. Wallahu A’lam.[]

Rifda Zahrani, Mahasiswi Universitas PTIQ Jakarta.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

19 − two =