Israel Lakukan 350 Kali Pelanggaran Sejak Gencatan Senjata

Tank Israel meninggalkan Gaza usai pemngumuman gencatan kemanusiaan.
Gaza (Mediaislam.id) – Seorang wanita Palestina tewas pada Jumat kemarin (21/2), oleh peluru pasukan pendudukan Israel di Rafah, selatan Jalur Gaza sebagai satu dari ratusan pelanggaran gencatan senjata Israel terus berlanjut.
Sumber lokal mengatakan, warga Palestina negara Hanaa Tawfiq Suleiman Al-Ghouti menjadi syahid oleh peluru pasukan pendudukan Israel di lingkungan Al-Jeneina, sebelah timur kota Rafah, selatan Jalur Gaza.
Sejak dimulainya gencatan senjata pada tanggal 19 Januari, pasukan pendudukan “Israel” telah melanggar perjanjian gencatan senjata lebih dari 350 kali, sebuah konfirmasi yang jelas atas pelanggaran terhadap kewajiban. Ini juga merupakan pembangkangan terhadap komunitas internasional yang terus berlanjut, menurut Ismail Thawabta, Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah.
Kamis lalu, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan kedatangan 22 orang syuhada yang sembuh, dan 16 orang luka-luka, ke rumah sakit di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir.
Laporan tersebut menegaskan bahwa jumlah korban agresi Israel telah meningkat menjadi 48.319 orang syahid dan 111.749 orang luka-luka sejak 7 Oktober 2023.
Sementara itu, Organisasi Internasional untuk Imigrasi mengatakan pada hari Jumat bahwa sekitar 90 persen rumah di Jalur Gaza hancur, dan ratusan ribu orang tidak punya tempat untuk pergi.
Organisasi tersebut menambahkan dalam sebuah pernyataan, Warga Palestina yang kembali ke daerah mereka di Jalur Gaza mendapati diri mereka menghadapi tumpukan puing.
Organisasi tersebut menjelaskan setelah kunjungan presidennya, Amy Pope, dan Koordinator Urusan Kemanusiaan di Wilayah Pendudukan Palestina, Muhannad Hadi, ke Gaza, bahwa “warga Palestina di Gaza hidup dalam kondisi yang menyedihkan, di mana akses terhadap kebutuhan dan layanan dasar hampir tidak ada.”
Organisasi menegaskan bahwa dia berusaha untuk meningkatkan bantuan darurat di bidang tempat penampungan.
Direktur organisasi tersebut mengatakan, “Tingkat kehancuran di Gaza sangat mencengangkan. Keluarga-keluarga yang kehilangan segalanya menghadapi cuaca dingin tanpa perlindungan, infrastruktur atau layanan, dan tanpa kepastian apa pun tentang apa yang akan terjadi di masa depan.”
Pope menambahkan bahwa dia berbicara dengan para orang tua yang berjuang untuk menjaga anak-anak mereka tetap hidup, membangun tempat penampungan sementara menggunakan apa pun yang mereka temukan.
“Orang-orang ini tidak punya tempat lain untuk pergi,” tegasnya.
Patut dicatat bahwa agresi pendudukan Israel terhadap Jalur Gaza, dengan dukungan Amerika Serikat, antara tanggal 7 Oktober 2023 dan 19 Januari 2025, mengakibatkan kematian dan cederanya lebih dari 160.000 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 14.000 orang hilang.
sumber: infopalestina