Inilah Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Ilustrasi
Dari Ibnu Abbas ra, dia menceritakan, Rasulullah Saw pernah bersabda: “Sesungguhnya orang yang di rongganya tidak terdapat sedikitpun Al-Qur’an adalah seperti rumah yang rusak.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ad-Darimi)
Dalam kitab An-Nihayah disebutkan: Suatu pengrusakan itu dilakukan dengan membiarkan suatu barang rusak. Pengrusakan berarti pembinasaan, maksud pengrusakan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap pembangunan karena nafsu serakah. Termasuk di dalamnya pengrusakan yang dilakukan oleh orang-orang yang sewenang-wenang dengan merusak tempat tinggal dan fasilitas-fasilitas umum hanya untuk kepentingan pribadi.
Dari Abdullah, dia menuturkan: “Pelajarilah Al-Qur’an ini, karena dengan membacanya kalian akan mendapatkan pahala, setiap hurufnya berpahala sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan ‘Aliif Laam Miim’ (sebagai satu kata) tetapi alif, lam, dan mim dengan setiap hurufnya sepuluh kebaikan.” (HR. Ad-Darimi)
Dari Abu Hurairah, dia mengatakan: “Sesungguhnya rumah itu akan terasa luas bagi penghuninya, akan didatangi malaikat, dijauhi setan dan akan membanjir pula di dalamnya kebaikan, jika dibacakan Al-Qur’an di dalamnya. Sebaliknya, rumah itu akan terasa sempit bagi penghuninya, akan dijauhi malaikat dan didatangi setan serta tidak banyak kebaikan, jika tidak dibacakan Al-Qur’an di dalamnya.” (HR. Ad-Darimi)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah tali Allah, cahaya, penyembuh yang sangat mujarab, pelindung bagi orang yang berpegang padanya, penyelamat bagi orang yang mengikutinya, tidak membelokkan melainkan ia meluruskannya. Keajaiban-keajaibannya tidak pernah habis, dan tidak pernah membosankan meski dibaca berulang-ulang. Untuk itu, bacalah ia, karena sesungguhnya Allah akan memberikan pahala atas bacaan tersebut, yang setiap hurufnya berpahala sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan ‘Aliif Laam Miim’ (sebagai satu kata) tetapi alif, laam, miim.” (HR. Ad-Darimi)
Dari Zaid bin Arqam ra, dia menceritakan, pada suatu hari Rasulullah Saw berkhotbah. Pertama beliau memanjatkan pujian, selanjutnya mengatakan: “Wahai sekalian manusia, aku ini manusia yang sudah tidak lama lagi akan datang kepadaku seorang malaikat (pencabut nyawa), dan aku pasti akan menjawabnya. Dan sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian dua hal yang berat, pertama adalah Kitabullah yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Karenanya, berpeganglah pada Kitabullah, terapkanlah, dan perintahkan (orang lain memahaminya) serta tanamkan kepada mereka. “
Dari Anas ra, dia mengisahkan, Rasulullah Saw telah bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai para ahli dari umat manusia ini.” Ditanyakan: “Siapa mereka itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Ahli Al-Qur’an.” (HR. Ad-Darimi)
Dari Harits, dia menceritakan, aku pernah masuk masjid, ternyata di dalamnya orang-orang sedang asyik mengobrol. Kemudian aku menemui Ali dan aku katakan: “Tidakkah engkau mengetahui orang-orang yang tenggelam dalam obrolan di masjid.” “Benarkah mereka melakukan hal itu?” tanya Ali. Aku jawab: “Benar.”
Selanjutnya Ali mengatakan: “Padahal aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Hal semacam itu akan menjadi fitnah.’ Maka aku katakan, ‘Lalu bagaimana jalan keluar darinya? Beliau menjawab, ‘Kitabullah, Kitabullah, di mana di dalamnya terdapat berita-berita tentang orang-orang sebelum kalian dan juga orang-orang setelah kalian, hukum yang berlaku di antara kalian. Ia adalah perincian yang tidak mengandung unsur senda gurau. Ia adalah Kitab di mana orang-orang yang meninggalkannya akan dicerai-beraikan Allah, dan orang yang mencari petunjuk dengan menggunakan selain darinya, maka Allah akan mencabutnya, karena Kitab itu adalah tali Allah yang sangat kuat. Ia adalah bacaan yang penuh hikmah, jalan yang lurus, yang tidak dapat diselewengkan hawa nafsu, dan tidak dapat diputarbalikkan oleh lidah, yang tidak pernah mengenyangkan para ulama, tidak pernah membosankan meski dibaca berulang-ulang, tidak pula keajaiban-keajaibannya habis. Orang yang berpegang padanya akan berbuat jujur, orang yang menjalankan hukumnya akan selalu berbuat adil, orang yang mengamalkannya akan diberikan pahala, dan orang yang berdakwah kepadanya akan selalu diberikan petunjuk ke jalan yang lurus.” (HR. Ad-Darimi). []
Sumber: Fiqih Wanita Edisi Lengkap (Terjemah dari “Al-Jami’ fi Fiqhi An-Nisa‘”), karya Syekh Kamil Muhammad Uwaidhah.