Inilah Dalil Puasa Tasu‘a dan ‘Asyura di Bulan Muharram

 Inilah Dalil Puasa Tasu‘a dan ‘Asyura di Bulan Muharram

Ilustrasi

MENURUT syariat Islam, puasa Tasu‘a dan ‘Asyura merupakan amalan sunnah yang memiliki keutamaan. Kedua puasa ini dilakukan pada 9 dan 10 Muharram.

Dikutip dari situs Muhammadiyah.or.id, Kamis (03/07/2025), berikut adalah hadits-hadits Rasulullah Saw yang dijadikan sebagai dasar (dalil) pelaksanaan puasa sunah Tasu’a dan ‘Asyura:

Hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Sayyidah ‘Aisyah r.a.:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ [متفق عليه]

“Dari ‘Aisyah r.a., bahwa orang-orang Quraisy pada zaman Jahiliah biasa berpuasa pada hari ‘Asyura’. Kemudian Rasulullah Saw memerintahkan untuk berpuasa pada hari tersebut hingga diwajibkannya puasa Ramadan. Setelah itu, Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang ingin berpuasa pada hari ‘Asyura’, silakan berpuasa, dan barang siapa yang tidak ingin, silakan berbuka.” [Muttafaq ‘alaih].

Hadis ini menunjukkan bahwa puasa ‘Asyura’ memiliki akar tradisi yang sudah dikenal sejak zaman Jahiliah, yang kemudian disyariatkan oleh Rasulullah Saw sebelum kewajiban puasa Ramadan ditetapkan. Setelah Ramadan menjadi puasa wajib, puasa ‘Asyura’ berubah menjadi sunnah, memberikan kebebasan kepada umat untuk memilih melaksanakannya atau tidak.

Selanjutnya, dalil lain yang memperkuat anjuran puasa ‘Asyura’ datang dari Salamah Ibn al-Akwa‘ r.a.:

عَنْ سَلَمَةَ بْنِ اْلأَكْوَعِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاً مِنْ أَسْلَمَ أَنْ أَذِّنْ فِي النَّاسِ أَنَّ مَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ فَإِنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ [رواه البخاري]

“Dari Salamah Ibn al-Akwa‘ r.a., bahwa Nabi Saw memerintahkan seseorang dari Bani Aslam untuk mengumumkan kepada masyarakat, “Barang siapa yang sudah terlanjur makan, hendaklah ia berpuasa pada sisa hari itu, dan barang siapa yang belum makan, hendaklah berpuasa, karena hari ini adalah hari ‘Asyura’.” [HR al-Bukhari].

Hadis ini menegaskan betapa Rasulullah Saw memberikan perhatian khusus pada puasa ‘Asyura’, bahkan menginstruksikan umat untuk tetap berpuasa meski hari sudah berjalan, menunjukkan keutamaan hari tersebut. Anjuran ini juga mencerminkan semangat untuk memanfaatkan waktu yang penuh berkah, bahkan bagi mereka yang terlambat memulai.

Keutamaan puasa ‘Asyura’ semakin diperkuat oleh sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a.:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهماُ قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ [رواه البخاري]

“Dari Ibnu Abbas r.a., “Saya tidak pernah melihat Rasulullah Saw membiasakan berpuasa pada suatu hari yang lebih diutamakan dari hari lainnya kecuali hari ini, yaitu hari ‘Asyura’, dan bulan ini, yaitu bulan Ramadan.” [HR al-Bukhari].

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

11 + 17 =