Imam Asy-Syafi’i, Ulama Terkemuka Pionir Ilmu Ushul Fiqh

 Imam Asy-Syafi’i, Ulama Terkemuka Pionir Ilmu Ushul Fiqh

Ilustrasi

BELIAU adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin As-Sa’ib Al-Hasyimi Al Mathlabi Al-Qurasyi sepupu Rasulullah Saw.

Imam Asy-Syafi’i adalah seorang ahli fikih umat, tokoh terkemuka, imam yang jenius lagi brilian, pembela hadits, guru besar berbagai disiplin ilmu, pakar ushul fikih, ahli bahasa, dan pakar ilmu badi’.

Imam Asy-Syafi’i dilahirkan di Gaza, Palestina, pada 150 H. Ada pendapat yang menyebutkan bahwa ia dilahirkan tepat pada hari wafatnya Imam Abu Hanifah. Ayahnya yang bernama Idris meninggal dunia di usia sangat muda, ketika Imam Asy-Syafi’i masih berada dalam buaian.

Kemudian sang ibunda pindah ke Yaman karena ia berasal dari suku Azad yang merupakan suku terbesar di Yaman. Ibunya tinggal di Yaman selama beberapa tahun. Lantaran khawatir Asy-Syafi’i kecil kehilangan silsilah keturunannya yang mulia, sang ibunda membawanya ke Makkah.

Di Makkah, sang imam tumbuh dewasa, serta menaruh minat dalam panahan, sehingga menjadi pemanah paling mahir. Selain itu, ia juga mempelajari bahasa Arab dan syair. Kemudian Allah SWT menanamkan di hatinya rasa cinta terhadap ilmu dan fikih. Hal tersebut merupakan salah satu ketetapan Allah untuknya, dan kehendak baik untuk dirinya dan umat Islam. Sehingga ia begitu berminat dan merasa sangat haus terhadap berbagai disiplin ilmu beserta segenap cabangnya.

Asy-Syafi’i rutin menghadiri majelis keilmuan para ulama Makkah. ta mendapatkan pemahaman dari mereka, sehingga kemudian menjadi sosok yang layak mengeluarkan fatwa. Ia memiliki otoritas untuk itu dari para gurunya, semisal Muslim bin Khalid Az-Zanji, ketika baru menginjak usia pubertas.

Imam Asy-Syafi’i belajar Al-Qur’an kepada Ismail bin Masthanthin. Ia lalu sengaja pindah ke daerah pedalaman untuk jangka waktu yang lama sehingga benar-benar menguasai loga-logat dan syair-syair Arab. Melewati usia 20-an tahun, Asy-Syafi’i pindah ke Madinah untuk menghadiri majelis keilmuan Imam Malik, dan mendiktekan kitab milik Imam Malik, Al-Muwaththa’, melalui hafalannya. Imam Malik sangat terkesan pada kekuatan hafalan dan pemahaman muridnya itu. Imam Malik memiliki firasat tentang keunggulan dan keilmuan Asy-Syafi’i, sehingga kerap memberi berbagai nasihat bermanfaat yang dibutuhkan setiap ulama dalam menempuh jalan rabbani.

Imam Asy-Syafi’i tergolong aktif menyebarkan pendapat mazhabnya. la berkeliling ke berbagai negeri dan kawasan: mengunjungi Irak sebanyak Dua kali, masuk ke Yaman dan Mesir beberapa kali. Pada akhirnya, Imam Asy-Syafi’i menetap di Mesir. Penduduk Mesir mengistimewakannya dibandingkan orang-orang lain.

Imam As-Syafi’i menyusun banyak karya, mengodifikasi ilmu, dan memberikan sejumlah jawaban serta solusi kepada para imam dengan mengikuti Sunnah. Setelah dikenal banyak orang dan memiliki murid banyak, konon, tidak diketahui ada seorang imam pun selain Imam Asy-Syafi’i yang memiliki murid para pencari ilmu mumpuni. Murid-muridnya begitu banyak, antara lain Imam Ahmad bin Hambal, Imam Al-Buwaithi, dan Imam Abu Tsaur.

Adapun mengenai metode dan prinsip yang diambil Imam Asy-Syafi’i dalam mengukuhkan kaidah-kaidah madhabnya adalah merujuk kepada jejak Sunnah Rasulullah dan pemahaman salafus shalih, bersandar kepada wahyu Al-Qur’ an dan Sunnah, kemudian Qiyas dan Ijma’.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

twelve − eleven =