Hancurnya Mental Generasi di Bawah Cengkeraman Sekulerisme
Ilustrasi: remaja. [foto: probonoaustralia.com.au]
Keempat, faktor negara, kondisi ekonomi yang memburuk memaksa perempuan bekerja, sementara sistem pendidikan yang semakin sekuler memperparah kerusakan sosial. Semua ini adalah dampak dari penerapan kapitalisme dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pemerintahan. Kebijakan seperti bimbingan konseling dinilai tidak evektif karena tidak meyentuh akar permasalahan. Kapitalisme sendiri diibaratkan sebagai api yang merusak kehidupan, termasuk kesehatan mental generasi muda.
Solusi Islam dalam Menyelesaikan Gangguan Mental
Gangguan mental ini sejatinya muncul dari peradaban barat yang berlandaskan sekulerisme dan kaptalisme. Islam sendiri sebagai agama yang sempurna memiliki aturan yang mampu menyelesaikan berbagai permasalahan generasi, termasuk gangguan mental. Islam memiliki konsep ideal mengenai karakter pemuda, yakni sejak lahir anak harus mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tuanya, terutama ibu sebagai ummun warabbatul bait. Anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kasih sayang dan pendidikan yang baik akan memiliki mental yang kuat dan stabil, ia akan fokus pada tujuan hidupnya, yaitu beribadah kepada Allah. Pendidikan berbasis akidah Islam dapat membentuk pemuda cerdas dengan kepribadian Islam.
Selain itu, kesehatan mental anak dan generasi hanya dapat terwujud dengan tiga pilar utama. Pilar pertama adalah ketakwaan individu, yang mendorong seseorang untuk selalu berpegang teguh pada aturan Islam secara menyeluruh, baik dalam kehidupan pribadi maupun keluarga. Ketakwataan ini akan menjadi benteng bagi anak-anak dalam berpikir dan bertindak, melindungi mereka dari pengaruh negatif serta perilaku yang dapat merusak mental mereka atau merugikan orang lain. Dengan ketakwaan yang kuat, anak-anak tidak akan mudah terjerumus dalam aktivitas yang sia-sia dan merusak pola pikir mereka.
Pilar kedua, adalah peran masyarakat dalam memperkuat nilai-nilai Islam yang telah ditanamkan oleh individu dan keluarga, yakni sistem sosial Islam yang menanamkan budaya amar makruf nakhi mungkar membuat setiap individu saling peduli. Perundungan tidak akan terjadi karena setiap anak memahami bahwa menyakiti orang lain adalah dosa besar.
Rasulullah Saw telah mengajarkan dalam hadis-hadisnya bahwa menjaga kesehatan mental merupakan bagian dari ajaran Islam. Hal ini mencakup penjagaan terhadap pikiran, perasaan, serta kecenderungan hati agar tetap selaras dengan nilai-nilai Islam. Rasulullah Saw bersabda: “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari & Muslim).
Pilar ketiga adalah peran negara. Negara bertanggungjawab untuk menjaga agama, moral dan mental masyarakat. Yakni dengan menghapus segala bentuk ancaman, seperti konten-konten yang merusak media sosial. Dalam persepktif Islam, negara adalah satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab melindungi anak dan generasi serta menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi dengan cara yang menyeluruh yakni dengan merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Kebijakan diambil tidak hanya bersifat sementara, tetapi benar-benar menyelesaikan akar masalah.
Dengan demikian gangguan mental sejatinya lahir dari peradaban sekuler kapitalisme yang menjauhkan manusia dari agamanya. Akibatnya, banyak individu, termasuk remaja, kehilangan jati diri sebagai seorang muslim.
Oleh karena itu, solsusi hakiki adalah mencabut kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam yang diterapkan secara kaffah, sehingga membawa keberkahan bagi seluruh umat manusia. Wallahu’alam.[]
Anisa Juliyanti, Pengajar di Sumedang.
