Hadiri Malam Tasyakur Milad ke-93 Pemuda Muhammadiyah, Haedar Pesan Penerapan Kepemimpinan Profetik

Ketum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir dalam Malam Tasyakur Milad ke-93 Pemuda Muhammadiyah di Jakarta, Kamis (08/05).
Jakarta (MediaIslam.id) – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mendorong agar Pemuda Muhammadiyah menerapkan semangat kepemimpinan profetik sebagai landasan dalam menjalani berbagai perannya.
“Kepemimpinan dalam Islam adalah proyeksi semangat kenabian sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Spirit profetik itu diukur dari ijtihad meluruskan agama di satu sisi, pada saat yang sama juga ikut mengurus dunia,” ungkap Haedar dalam Malam Tasyakur Milad ke-93 Pemuda Muhammadiyah di Jakarta, Kamis malam (08/05/2025).
Haedar berpesan agar Pemuda Muhammadiyah semakin berkemajuan. Ia juga mendukung diaspora kader Pemuda Muhammadiyah, baik yang berada di jabatan publik, politik, maupun posisi-posisi lain di masyarakat, sebab semuanya ada makna.
“Itu semuanya merupakan jalan, tapi kiblat dari jalan itu adalah tujuan masing-masing dalam satu konteks keseluruhan kita bermuhammadiyah. Bahkan lebih dalam lagi beragama dalam konteks bangsa, tentu berbangsa,” kata dia.
Menurutnya, semua jabatan yang diemban oleh kader itu adalah wasilah untuk berbuat kepada umat dan bangsa.
Oleh karena itu, ia berpesan supaya seluruh kader di manapun berada untuk menjaga marwah dan muruah, serta makna Muhammadiyah.
Selain itu, dalam berjuang di berbagai posisi maupun jabatan harus disertai keikhlasan yang tinggi sebab ikhlas adalah energi rohani. Ikhlas tidak boleh hilang sedetik pun dari nafas perjuangan di Muhammadiyah.
Haedar juga berpesan supaya tidak boleh merasa sudah puas dan khatam pemahamannya tentang Muhammadiyah.
Sebab dia khawatir perasaan itu hanya kamuflase, yang sebenarnya adalah kering atau mengalami penggerusan.
“Memimpin pergerakan Islam harus ada bedanya, memimpin Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, IPM, dan lain-lain,” kata dia.
Haedar mengungkapkan perbedaan itu karena Muhammadiyah dan organisasi otonom di bawahnya adalah pergerakan agama sekaligus juga kemasyarakatan. Sesuai dengan kepribadian Muhammadiyah, yang disebut bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.