Gila Hormat dan Gemar Publikasi

 Gila Hormat dan Gemar Publikasi

Jutaan massa mengikuti Aksi Akbar Rakyat Indonesia Bela Palestina di Lapangan Monas, Jakarta, Ahad (5/11/2023)

ORANG yang gila hormat dan gemar mempublikasikan dirinya agar terkenal, menurut Syekh Muhammad Sholih Al-Munajjid, dapat dikategorikan sebagai orang yang terkena penyakit lemah iman.

Seperti diterangkan Syekh Sholih dalam bukunya “Zhahiratu Dhu’ful Iman”, yang juga termasuk dalam gambaran ini adalah gila kedudukan, ingin tampil sebagai pemimpin dan orang yang menonjol, tanpa dibarengi kemampuan untuk bertanggung jawab.

Karakter-karakter orang demikianlah yang yang pernah diperingatkan Rasulullah Saw dalam perkataan beliau: “Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan, dan hal ini akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang terakhir.” (HR. Al-Bukhari, No. 6729).

Beliau juga berkata: “Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan dan ketiganya ia adalah azab hari kiamat kecuali orang yang adil.” (Diriwayatkan Ath-Thabrany di dalam Al-Kabir, 18/72, disebutkan
di dalam Shahihul Jami, 1420)

Kalau pun masalah ini bisa dikatakan sebagai pelaksanaan yang wajib dan memikul tanggung jawab, maka tidak ada yang lebih utama dan lebih adil seperti yang dilakukan Yusuf Alaihis-salam. Untuk itu dapat kita katakan: “Beliau benar-benar orang yang utama dan baik.”

Tetapi seringkali masalah ini dijadikan ajang ambisi untuk mendapatkan kursi kepemimpinan, dengan meremehkan hak orang-orang yang seharusnya menerima hak itu.

Yang juga termasuk dalam gambaran ini adalah kegemaran membuat singgasana atau podium dan mengeluarkannya dalam berbagai kesempatan untuk dijadikan tempat berpidato secara khusus, dan semua orang harus mendengarkannya. Inilah yang pernah diperingatkan Rasulullah Saw dalam perkataannya:

“Takutlah kepada singgasana-singgasana ini.” (Diriwayatkan Al-Baihaqy, 2/439, disebutkan di dalam Shahihul Jami’, nomor 120)

Yang juga termasuk dalam gambaran ini ialah kesukaan menyuruh orang lain berdiri tatkala dia datang, sekadar untuk mengenyangkan jiwanya yang sakit, yaitu agar semua orang mengagung-agungkan dirinya. Rasulullah Saw telah berkata:

“Barangsiapa suka jika hamba-hamba Allah bangkit berdiri baginya, maka hendaklah dia menempati rumah dari api neraka.” (Al-Bukhary di dalam Al-Adabul Mufradh, nomor 977, disebutkan di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, nomor 357)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two × 3 =