FOMO Meracuni Generasi Muda, Kita Harus Berbuat Apa?

Ilustrasi: Fomo
Ngomong-ngomong tentang FOMO, sebenernya kenapa ya bisa terjadi kayak gitu? Mungkin, ada yang bilang wajar aja sih namanya juga remaja. Gak mau ketinggalan zaman alias kudu up to date.
Eits, tapi justru apa gak berlebihan ya karena kebanyakan mereka rela melakukan apapun demi meraih apa yang diinginkannya. Ternyata hal tersebut bisa terjadi karena adanya kebebasan individu yang dijamin dalam sistem kehidupan hari ini yakni sistem sekuler kapitalis.
Sistem rusak ini mengakibatkan gen Z bergaya hidup bebas, hedonistik dan konsumerisme. Standar kebahagiaannya adalah saat terpenuhi kebutuhan jasmaninya dengan barang-barang mewah dan banyaknya harta. Padahal itu hanyalah kebahagiaan semu ya sob.
Alhasil gaya hidup hedonis, materialis telah meracuni masyarakat. Demi mendapatkan pengakuan, berani membeli barang tertentu padahal kemampuan minim. Apalagi yang hanya mengandalkan uang saku dari ortunya.
Utang pun menjadi solusi pemenuhannya tanpa rasa takut dan berpikir panjang. Meski akhirnya sering berujung penyesalan. Terlebih saat ini didukung dengan mudahnya akses teknologi finansial. Misalnya pinjol (pinjaman online) dan pay later. Astaghfirullah.
Parahnya hal ini akan mengakibatkan pengabaian potensi gen Z untuk berprestasi dan berkarya yang lebih baik, juga menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan.
Apalagi regulasi (peraturan) dalam sistem hari ini gak memberikan perlindungan bagi gen Z, namun justru menjerumuskan gen Z pada lingkaran materiaslistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO.
Nah, kalo kamu sendiri udah ketularan FOMO atau enggak? Semoga aja enggak ya.
Apa Kata Islam tentang FOMO?
Islam memandang pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan umat terlebih sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam.
Islam akan mencegah generasi agar tak terjebak gaya hidup materialistik. Islam bukannya melarang kita menikmati kenikmatan dan perhiasan dunia.
Namun, mengarahkan kepada kita agar bijak dalam memilihnya. Tidak bersikap konsumtif, misalnya beli barang yang sebenernya gak butuh-butuh amat tapi demi memenuhi kepuasan. Gak berlebih-lebihan atau boros, juga berfoya-foya.