Dr. Ikhsan Abdullah: Penghormatan Negara pada Ulama Jadi Inspirasi Nahdliyin

Dr. H. Ikhsan Abdullah, SH, MH
Jakarta, Mediaislam.id–Pemberian Tanda Jasa Kehormatan oleh Presiden RI Prabowo Subianto kepada sejumlah tokoh bangsa pada Senin (25/8/2025) menjadi momen penting bagi umat Islam, khususnya kalangan Nahdliyin. Dari ratusan tokoh yang menerima penghargaan, ulama dan pimpinan Nahdlatul Ulama (NU) serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendapatkan tempat istimewa.
Founder Indonesia Halal Watch (IHW) sekaligus Katib Syuriyah PBNU, Dr. H. Ikhsan Abdullah, SH, MH, menilai penganugerahan tersebut bukan sekadar seremoni, melainkan pengakuan negara atas kiprah para ulama.
“Pemberian Anugerah Tanda Jasa Kehormatan ini merupakan bentuk pengakuan negara atas jasa dan kontribusi para ulama dalam bidang keagamaan dan sosial. Rois Aam PBNU dan Ketua Umum MUI telah berperan penting dalam mengarusutamakan nilai-nilai keagamaan yang rahmah, menyejukkan, serta memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa,” ujar Ikhsan di Jakarta, Selasa (26/8/2025).
Ikhsan menegaskan bahwa penghargaan ini juga menandakan pengakuan Presiden Prabowo terhadap peran NU dan MUI sebagai mitra sejati pemerintah.
“Tanda jasa ini sekaligus menegaskan pengakuan Presiden Prabowo terhadap NU dan MUI sebagai shodiqul hukumah atau mitra pemerintah sejati dalam pembangunan masyarakat,” tegasnya.
Bagi Ikhsan, yang juga menjabat Wakil Sekjen MUI serta pembina Yayasan Generasi Al-Qur’an Nurul Ikhsan Cirebon, Jawa Barat penghargaan tersebut menjadi bukti nyata kedekatan negara dengan ulama. “Sebagai kaum Nahdliyin, kami bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada Bapak Presiden Prabowo. Penghargaan ini tentu sangat membanggakan serta memberikan motivasi untuk terus berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Presiden Prabowo menganugerahkan Bintang Jasa Kehormatan kepada Rois Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Ketua Umum MUI KH Anwar Iskandar, serta Sekjen PBNU KH Syaifullah Yusuf. Penghargaan juga diberikan kepada sejumlah tokoh yang telah wafat, antara lain KH Muhammad Ma’shum, KH Yusuf Hasyim, KH Maemun Zubaer, dan KH Abdullah Abbas dari Cirebon, kiai pejuang pertempuran 10 November 1945.
Bagi Ikhsan, penghargaan ini adalah bentuk penghormatan negara yang melewati batas generasi. “Penghargaan ini tidak hanya untuk tokoh yang masih hidup, tetapi juga bagi para kiai pendahulu. Ini meneguhkan bahwa jasa ulama akan selalu dikenang sebagai bagian dari sejarah perjuangan bangsa,” ucapnya.
Ikhsan berharap penghargaan ini diikuti langkah nyata pemerintah dalam mendukung program-program NU dan MUI. “Kami berharap ada wujud keberpihakan pemerintah pada program-program PBNU dan MUI demi kemajuan serta kemaslahatan umat,” katanya.
Bagi Dr. Ikhsan Abdullah, tanda jasa ini lebih dari sekadar simbol. Ia adalah pengakuan negara bahwa ulama, pesantren, dan ormas Islam tetap menjadi tiang penopang peradaban bangsa, dari masa perjuangan hingga hari ini.*