Direktur Eksekutif Ghirass Foundation Ungkap Gaza Hancur 90 Persen, 40 Ribu Jiwa Wafat

Jakarta, Mediaislam.id–Direktur Eksekutif Ghirass Foundation, sebuah NGO asal Lebanon, Haitham Mahmoud, mengungkapkan kondisi terkini Gaza yang disebut semakin kritis akibat agresi militer Israel. Paparan tersebut ia sampaikan dalam Media Gathering di Gedung Dewan Da’wah, Jalan Kramat Raya 45, Jakarta Pusat, Selasa (16/9).
Menurut Haitham, genosida Israel di Gaza memiliki tujuan jelas, yakni menghapuskan Gaza secara total dan menggantikan penduduknya dengan warga Israel. “Genosida ini bukan sekadar serangan, melainkan upaya sistematis untuk menghapuskan Gaza dari peta,” tegasnya.
Hingga hari ke-711 peperangan, jumlah korban jiwa dilaporkan mencapai lebih dari 40 ribu orang. Dari angka tersebut, 20 ribu adalah anak-anak, 12.500 perempuan, serta 1.670 tenaga medis. Selain itu, 780 aparat polisi dan relawan kemanusiaan juga tewas, bersama 860 atlet dari berbagai cabang olahraga. Tidak hanya individu, sekitar 39 ribu keluarga menjadi sasaran pembantaian massal, sementara 2.700 keluarga dilaporkan kehilangan hak kewarganegaraannya.
“Angka-angka ini bukan sekadar data. Di baliknya ada manusia yang menjadi korban kebiadaban Zionis, anak kecil, perempuan, bayi, hingga tenaga medis dan relawan yang gugur,” ujar Haitham.
Ia menambahkan, Israel secara konsisten menggagalkan setiap upaya gencatan senjata, termasuk yang diserukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Israel tidak pernah mematuhi satu pun gencatan senjata. Mereka selalu membatalkan dan menggagalkan setiap perjanjian damai,” katanya.
Dari sisi infrastruktur, kondisi Gaza kini hampir musnah. Sekitar 90 persen wilayah Gaza hancur, hanya 10 persen bangunan yang masih berdiri. Serangan udara dan darat Israel disebut telah menjatuhkan sekitar 170 juta ton bahan peledak, yang menyebabkan kerugian material ditaksir mencapai 68 miliar dolar AS.
“Gaza sudah hancur lebur. Rumah, sekolah, rumah sakit, hingga tempat ibadah dihancurkan. Tidak ada ruang aman, bahkan bayi di bawah usia satu tahun ikut menjadi korban,” tambahnya.
Haitham menegaskan bahwa tragedi di Gaza bukan sekadar konflik bersenjata, melainkan bentuk genosida sistematis yang ditujukan untuk menghapus sebuah bangsa. “Apa yang terjadi di Gaza adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang harus dihentikan. Dunia internasional tidak boleh diam,” pungkasnya.*