Di Balik Penetapan 1 Muharram sebagai Tahun Baru Hijriyah

 Di Balik Penetapan 1 Muharram sebagai Tahun Baru Hijriyah

Ilustrasi

SEBAGIAN orang sudah tahu, bahwa Tahun Baru Islam dihitung bukan berpatokan pada hari lahirnya Nabi, diutus, atau wafat beliau, tetapi dihitung berdasarkan momentum perubahan, yaitu hijrah Nabi Muhammad Shalla-Llahu Alaihi wa Sallama.

Hanya saja, Hijrah Nabi, menurut pendapat yang paling kuat terjadi di bulan Rabiul Awwal, bukan Muharram, tetapi mengapa permulaan tahun barunya dimulai Muharram, bukan Rabiul Awwal?

Di sinilah, para sahabat dan ulama kemudian berdebat. Para sahabat yang menetapkan tahun baru Islam dimulai dengan bulan Muharram adalah ‘Umar bin al-Khatthab, ‘Utsman dan ‘Ali, itu juga sudah diketahui. Tetapi, apa alasannya? Bukankah Hijrah Nabi terjadi di bulan Rabiul Awwal?

Ibn Hajar al-Asqalani, dalam kitabnya Fath al-Bari menjelaskan dengan apik:

«وَإِنَّمَا أَخَّرُوهُ -أي التأريخ بالهجرة- مِنْ رَبِيعٍ الْأَوَّلِ إِلَى الْمُحَرَّمِ لِأَنَّ ابْتِدَاءَ الْعَزْمِ عَلَى الْهِجْرَةِ كَانَ فِي الْمُحَرَّمِ؛ إِذِ الْبَيْعَةُ وَقَعَتْ فِي أَثْنَاءِ ذِي الْحِجَّةِ وَهِيَ مُقَدِّمَةُ الْهِجْرَةِ، فَكَانَ أَوَّلُ هِلَالٍ اسْتَهَلَّ بَعْدَ الْبَيْعَةِ وَالْعَزْمِ عَلَى الْهِجْرَةِ هِلَالُ الْمُحَرَّمِ، فَنَاسَبَ أَنْ يُجْعَلَ مُبْتَدَأً. وَهَذَا أَقْوَى مَا وَقَفْتُ عَلَيْهِ مِنْ مُنَاسَبَةِ الِابْتِدَاءِ بِالْمُحَرَّمِ».

Mereka memundurkan tanggal Hijrah dari Rabiul Awwal ke Muharram, karena permulaan tekad untuk melakukan Hijrah sudah dinyatakan di bulan Muharram. Sebab, Bai’at (Aqabah II) itu terjadi di tengah bulan Dzulhijjah. Bai’at itu merupakan pendahuluan peristiwa Hijrah. Karena itu, permulaan hilal yang terbit setelah Bai’at dan tekad untuk berhijrah adalah hilal Muharram, maka ia relevan untuk dijadikan sebagai permulaan. Pendapat ini merupakan pendapat paling kuat, yang aku jadikan pedoman, mengenai relevansi Muharram sebagai awal tahun (Hijriah).

Jadi, Ibn Hajar menjadikan momentum Bai’at Aqabah II sebagai pijakan utama. Karena inilah pondasi yang mendasari lahirnya Negara Islam di Madinah, serta kemenangan Islam selama lebih dari 10 abad berikutnya. []

KH Hafidz Abdurrahman, Pengasuh Ma’had Syaraful Haramain Bogor.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

six + 19 =