Childfree Imbas Kapitalisme

Ilustrasi: Childfree
Depopulasi tersebut disebabkan oleh jumlah wanita usia subur yang semakin sedikit, keterlambatan dalam pernikahan, serta semakin populernya pilihan untuk tidak memiliki anak sama sekali (childfree).
Tak berbeda dengan Korsel yang mengalami ketimpangan penduduk usia muda dan usia lanjut. Dinyatakan bahwa indeks risiko kepunahan Kota Busan dihitung dengan membagi jumlah penduduk perempuan berusia 20-39 tahun dengan jumlah penduduk berusia 65 tahun atau lebih, dan hasilnya adalah 0,490.
Lantas, akankah Indonesia akan menyusul jejak-jejak depopulasi yang sama? Jika tak ingin negeri ini “tenggelam”, maka fenomena childfree ini harus segera dihentikan.
Childfree Imbas Kapitalisme
Jika kita menilik akar penyebab bertunasnya ide childfree, yakni tak bisa dilepaskan dari penerapan sistem kapitalisme hari ini. Kapitalisme mewujudkan kesengsaraan sistematis bagi kehidupan manusia.
tidak, sistem kapitalisme menjadikan negara tidak menjalankan fungsinya sebagai raa’in atau pemelihara urusan rakyat, melainkan sebatas regulator antara rakyat dan penyedia layanan yakni pihak swasta. Salah satu contohnya adalah layanan publik seperti kesehatan dan pendidikan yang notabenenya merupakan kebutuhan kolektif rakyat, faktanya malah dikomersialisasi.
Alhasil, rakyat terdiskriminasi dalam memperoleh akses layanan kesehatan dan pendidikan. Adagium yang mengatakan bahwa orang miskin dilarang sekolah dan dilarang sakit adalah benar adanya.
Beratnya beban hidup rakyat ditambah pula dengan pungutan pajak di segala sektor kehidupan. Belum lagi adanya wacana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi sebesar 12 persen mulai Januaeri 2025 mendatang, sungguh makin menambah berat beban hidup rakyat.
Kesengsaraan rakyat yang berpadu dengan tipisnya pemahaman agama dalam diri individu, mengakibatkan prinsip hidupnya sangat mudah terwarnai dengan pemikiran liberal ala Barat, salah satunya childfree.
Childfree dianggap sebagai pilihan terbaik untuk bisa meringankan beban hidup yang kian sulit. Padahal benarkah demikian?