Cara Islam Menangani Korupsi

Dalam hadis ini, Rasulullah Saw juga tidak menyebutkan sanksi bagi pelaku ghulul.

Berbeda dengan mencuri. Mencuri termasuk hudud, yang hukumannya telah ditetapkan oleh Allah SWTt. Allah secara gamblang telah menyebutkan sanksi bagi pencuri dalam Surah Al-Maidah [5]: 38, yaitu potong tangan.

Sedangkan pelaku korupsi akan mendapat takzir. Takzir akan ditetapkan oleh Imam atau hakim yang ditunjuk. Menurut Abdurrahman Al-Maliki, hukuman bagi koruptor adalah jilid dan penjara hingga lima tahun.

Dalam Islam, pelaku tindak kriminal akan diumumkan. Demikian pula dengan pelaku korupsi. Hal ini untuk pembelajaran bagi yang lain agar tidak melakukan hal yang sama. Jika mereka masih memiliki keimanan kepada Allah SWT, tentu mereka akan merasa malu saat nama mereka diumumkan sebagai koruptor. Terlebih, ketika wajah mereka disorot oleh kamera media dan dikenalkan kepada masyarakat luas.

Sayangnya, saat ini, banyak koruptor yang tidak lagi memiliki rasa malu. Mereka masih mampu tersenyum dalam pakaian kebesaran berwarna oranye itu.

Cara Islam Mencegah Korupsi

Syariat Islam yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Saw memiliki cara yang khas untuk mencegah terjadinya korupsi. Pertama, menumbuhkan ketakwaan kepada para pejabat maupun masyarakat. Hal ini dimulai dengan menanamkan akidah yang kuat dalam diri mereka.

Ketakwaan kepada Allah SWT ini akan menuntun mereka untuk bersikap amanah. Sebab, mereka meyakini bahwa setiap pengkhianatan yang mereka lakukan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT kelak di akhirat.

Ketakwaan ini juga akan membuat mereka menjadi pribadi yang kanaah dan zuhud. Mereka tidak akan mudah tergoda dengan dunia. Dunia pun hanya mereka pandang dengan sebelah mata.

Kedua, merekrut pegawai atau pejabat berdasarkan kemampuan mereka. Bukan karena kedekatan atau memiliki hubungan kekerabatan dengan para penentu kebijakan. Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw yang menolak permintaan Abu Dzar Al-Ghifari agar diberi jabatan.