Beratnya Perjuangan Muslim Jepang Cari Lahan Pemakaman

 Beratnya Perjuangan Muslim Jepang Cari Lahan Pemakaman

Ilustrasi: Zafar Saeed, Muslim asal Pakistan yang telah berkewarganegaraan Jepang, mengunjungi makam putra sulungnya, yang hilang karena keguguran, di Beppu, Prefektur Oita. [foto: asia.nikkei.com]

Ketika istrinya meninggal saat melahirkan pada 2009, tidak ada lahan pemakaman untuk Muslim di area ini.

“Kami membawa jenazahnya di peti kecil dan menaruhnya di mobil, lalu berkendara ke Yamanashi yang jaraknya lebih dari 1.000 kilometer,” kata Iqbal mengingat peristiwa yang baginya traumatis.

“Empat orang teman ikut bersama saya. Kami bergantian menyetir di sepanjang perjalanan”.

Lahan pemakaman Yamanashi di wilayah Jepang tengah dimanfaatkan oleh penganut Islam dan Kristen, serta kelompok agama minoritas lainnya di Jepang yang jumlahnya hanya sekitar 1% dari populasi.

“Saya ingin bersama istri saya di tengah kejadian yang traumatis itu, tapi itu tidak mungkin,” kata Iqbal.

“Situasinya sulit.”

Perencanaan mandek

Asosiasi Dr Khan membeli lahan di samping pemakaman Kristen di Beppu. Orang-orang yang memiliki tanah di sekitarnya tidak mengajukan keberatan, namun masyarakat terdekat yang berjarak tiga kilometer mengajukan keberatan.

“Mereka mengatakan bahwa memakamkan jenazah akan mengkontaminasi air tanah, begitu juga air danau yang digunakan untuk irigasi,” kata Dr Khan.

Tidak ada perkembangan situasi dalam tujuh tahun, sehingga memaksa komunitas ini untuk mencari alternatif-alternatif lain.

Dr Khan mengatakan sejumlah imigran Muslim telah memindahkan jenazah-jenazah keluarga mereka ke negara asal. Sedangkan orang-orang yang menderita kanker stadium akhir, memutuskan untuk menghabiskan hari-hari terakhir mereka di negara asal.

Bagaimana pun, memindahkan jenazah ke negara asal membutuhkan syarat-syarat yang rinci dan berpotensi menunda proses pemakaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

sixteen − ten =