Bekal Kehidupan yang Abadi

 Bekal Kehidupan yang Abadi

Ilustrasi

Oleh:

Dr. KH. Zakky Mubarak, MA

PERJALANAN panjang umat manusia dari kehidupan dunia sampai ke akhirat, memerlukan bekal yang cukup dan memadai. Bekal itu hendaknya sesuatu yang bersifat abadi, tidak terlepas dari kehidupan kita. Untuk memenuhi hal ini, bisa ditetapkan dalam berbagai hal berikut ini. (1) berpegang teguh kepada al-Qur’an dan al-Sunnah, (2) mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi cinta kita terhadap segala sesuatu termasuk diri kita sendiri. (3) menjaga kemurnian tauhid dan menghindari segala bentuk kemusyrikan. (4) keluarga yang shaleh dan shalehah, (5) memperbanyak taubat dan zikir, (6) mensyukuri segala bentuk karunia dan kenikmatan, (7) bersikap tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai ujian.

Berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah merupakan keniscayaan yang tidak boleh dilupakan, karena keduanya merupakan pedoman hidup, sumber ilmu pengetahuan, dan petunjuk menuju kebahagiaan. Mencintai Allah dan rasul-Nya merupakan bagian dari kehidupan seorang muslim yang tidak bisa dicerai-pisahkan dari dirinya. Mencintai Allah dan rasul-Nya harus diutamakan melebihi cinta kita kepada segala sesuatu, termasuk diri kita sendiri.

Sahabat Umar bin Khattab pernah berbicara terus terang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, engkaulah orang yang paling aku cintai melebihi cintaku kepada segala sesuatu, kecuali diriku sendiri”. Nabi SAW menjawab pernyataan Umar: “Tidak wahai Umar, sehingga engkau mencintai diriku melebihi cintamu pada dirimu sendiri”. Umar langsung menyatakan: “Demi Tuhan yang mengutusmu dengan kebenaran, sesungguhnya engkaulah orang yang paling aku cintai dari segala sesuatu, bahkan dari diriku sendiri”. Nabi menjawab: “Sekarang baru sempurna imanmu”. (HR. Bukhari, 6632).

Firman Allah: Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. Al-Taubah, 09:24).

Kemurnian Tauhid

Menjaga kemurnian tauhid dan menghindari kemusyrikan dalam berbagai bentuknya merupakan keyakinan yang harus menyatu dengan pribadi setiap muslim. Karena keyakinan pada tauhid merupakan pokok dari ajaran agama. Membentuk keluarga yang shaleh dan shalehah merupakan bekal yang penting dalam mengarungi kehidupan agar terus berjalan di bawah naungan petunjuk Allah dan rasul-Nya. dalam menjalani kehidupan, setiap diri manusia pasti mengalami berbagai macam kesalahan, dosa, dan kekhilafan. Karena itu, memperbanyak taubat, dan memperbanyak zikir merupakan aktivitas yang sangat terpuji. Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima semua taubat hamba-Nya meskipun ia pernah melakukan banyak dosa.

Zikir dapat mengantarkan seseorang pada ketenangan dan ketentraman, sekaligus terlepas dari keresahaan dan kegelisahan. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Al-Ra’d, 12:28).

Al-Qur’an banyak memerintahkan kepada umat manusia agar selalu bertaubat dari segala kesalahan dan dosanya. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Tuhanmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”. (QS. Al-Tahrim, 66:8).

Pada saat kita memperoleh karunia dan nikmat dari Allah SWT dan apapun yang kita alami dalam kehidupan kita, hendaknya senantiasa bersyukur, baik dalam lisan kita maupun dalam sanubari dan perilaku kita. Setiap orang pernah mengalami musibah, baik berupa kesusahan, kesulitan, bencana, dan sebagainya. Itulah kenyataan dalam kehidupan umat manusia, karena itu kita menghadapinya dengan ketabahan dan kesabaran, serta tetap menerima kenyataan tersebut dengan tulus. “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran, 03:200).*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

three + three =